![]() |
Kampus hijau UIN Walisongo |
Suasana pun berbeda. Gedung-gedung perkuliahan kosong. Tidak ada kegiatan belajar mengajar di ruang kelas.
Perpustakaan juga lengang. Menyisakan buku-buku yang berjejer rapi di rak. Begitu juga dengan serambinya. Padahal biasanya para mahasiswa banyak yang mengerjakan tugas maupun sekadar internetan di sini.
Kantin di kampus tutup. Pedagang memutuskan untuk tidak berjualan karena pembelinya (mahasiswa) tidak berada di kampus.
Taman-taman yang berada di masing-masing fakultas pun senyap. Tidak ada perbincangan mahasiswa. Hanya suara angin yang mendesau. Daun-daun bergoyang di bawah terik matahari.
Aku tidak menyangka, taman di masing-masing fakultas yang menjadi tempat favorit mahasiswa untuk melakukan aktivitas di luar kuliah bisa sesepi ini. Biasanya banyak mahasiswa yang sedang duduk. Ada yang mengerjakan tugas. Berdiskusi atau sekadar mengobrol santai dengan teman. Membaca buku sendirian juga ada. Tak ketinggalan pula mahasiswa yang duduk berpegangan tangan bersama kekasih.
Aku berharap di kampusku masih tersisa beberapa mahasiswa. Terlebih teman-temanku para aktivis organisasi yang menganggap pusat kegaiatan mahasiswa (PKM) sebagai rumah. Melakukan berbagai hal untuk menghidupkan nyawa organisasi.
Namun nasib buruk menimpa para aktivis. Kemarin Selasa (18/03/20), satpam kampus datang ke PKM dan "mengusir" mahasiswa yang sedang melakukan kegiatan.
Aku juga masih ingat, waktu itu ada jadwal diskusi di salah satu organisasi intra tingkat fakultas. Diskusi belum dimulai. Tiba-tiba seorang satpam masuk sekretariat dan memintaku untuk keluar ruangan. Akhirnya diskusi pun dibatalkan.
Hal itu juga dialami oleh para aktivis mahasiswa lainnya. Mereka diminta untuk mengosongkan PKM. Bahkan pintu PKM ditutup dan digembok satpam.
Surat dari Rektor
Sejak tiga hari lalu, Senin (16/03/20) kampusku benar-benar sepi. Tidak seperti biasanya, kini ribuan mahasiswa seolah menghilang begitu saja.
Hal itu terjadi setelah rektor menerbitkan surat edaran dan menetapkan status siaga terhadap virus corona (Covid- 19) pada Minggu (18/03/20) lalu. Dalam surat itu kampus memberlakukan kuliah online, menghindari tatap muka atau kontak langsung untuk mencegah penyebaran virus.
Tidak sampai di situ, pada Rabu (18/03/20) kemarin, kampus kembali menerbitkan surat edaran kepada mahasiawa. Isi dalam surat itu menyebutkan bahwa seluruh mahasiswa diminta untuk pulang ke rumah masing-masing. Mahasiswa juga dilarang untuk melakukan kegiatan di kampus. Kampus telah menutup pintu gerbang untuk mahasiswanya.
Alasan mahasiswa dilarang melakukan kegiatan di kampus karena untuk mencegah penyebaran virus corona. Virus tersebut memang menjadi topik perbincangan hangat di tengah masyarakat. Seluruh media tidak pernah berhenti memberitakannya. Hingga membuat masyarakat dunia merasa cemas dan terus waspada.
Terlepas dari virus corona, kampus seolah kehilangan kehidupan. Hening. Sepi. Lengang. Tidak ada mahasiswa. Tidak ada aktivitas di dalam kampus.
Sejak kebijakan rektor ditetapkan, teman-temanku memutuskan untuk tidak kemana-mana. Berdiam diri di dalam kamar kos dan asrama masing-masing. Tidur-tiduran menggenggam ponsel untuk kuliah online dan mengerjakan tugas dari dosen.
Padahal sebelum adanya kebijakan kuliah online dan larangan berkegiatan di dalam kampus, ribuan mahasiswa masih berdialektika di kampusnya. Namun kini, penghuni kampus telah pergi, "diusir" dari rumahnya untuk menghindari ciptaan Tuhan (Virus Corona) yang dianggap sebagai sumber bahaya.
Kini tidak ada para mahasiswa yang berlalu lalang saat pergantian jam kuliah. Tidak ada para mahasiswa yang berlari tergopoh-gopoh masuk kelas karena takut terlambat.
Kursi di kantin kosong. Perpustakaan tidak ada pengunjung. Jamaah di masjid kampus berkurang. Taman di masing-masing fakultas lengang.
Selain itu PKM juga tak berpenghuni. Berbagai jadwal kegiatan mahasiswa dibatalkan. Aktivis mahasiswa jurusan membatalkan jadwal diskusi. Lapangan kering tanpa tetesan keringat atlit olahraga. Tak terdengar derap langkah dari gerombolan atlit bela diri. Teriakan anak teater tak bergema di sudut-sudut kampus.
Sejak tiga hari lalu, Senin (16/03/20) kampusku benar-benar sepi. Tidak seperti biasanya, kini ribuan mahasiswa seolah menghilang begitu saja.
Dan tiba-tiba aku teringat pada serial anime Jepang, Naruto Shippuden. Sabaku no Gaara pernah berkata, "Manusia tidak akan pernah bisa menang dari rasa kesepian."
Kemudian Uzumaki Naruto menjawab, "Teman adalah orang yang menyelamatkanmu dari neraka yang bernama kesepian."
Teman-temanku para mahasiswa, apakah kamu tidak merasa kesepian hanya berdiam diri di dalam kos atau pun asrama? Apakah kamu tidak merasa kesepian setelah kita dilarang melakukan aktivitas di dalam kampus?
[Mahfud]
KOMENTAR