Istilah zodiak merujuk pada rasi bintang, meskipun akar katanya mengandung arti lingkaran hewan (zoodiacos Cyclos). Ia juga diartikan sebagai sebuah sabuk khayal di langit dengan lebar 18 derajat yang berpusat pada lingkaran ekliptika (jalur edar). Sejak dulu di Babilonia, zodiak ini terkenal bisa memengaruhi kehidupan seseorang bahkan digunakan untuk meramal nasib. Baik itu menganai peperangan ataupun politik. Hal ini selaras dengan tesis Fullam F.A (1984) Universiti Of Chicago. Bisa dibilang, konsep zodiak berasal dari peradaban lembah sungai Eufurat atau Babilonia kuno.
Dewasa kini, masif orang membuka situs atau bahan bacaan bertemakan zodiak. Ditambah dengan banyaknya situs yang menyediakan konten tersebut. Dilansir dari Kumparan.com (18/07/19) The Atlantic mengungkapkan bahwa pada tahun 2018 salah satu situs di Amerika Serikat, The Cut, trafik dari konten zodiak naik hingga 150 persen.
Anehnya orang hanyut dan menyakini begitu saja isyarat atau makna dari zodiak dalam konten. Ketika isyarat menunjukan konotasi negatif, sebagian orang cenderung menjadi over negatif thinking bahkan bisa dibilang tidak gairah menjalani hidup. Begitu pun sebaliknya. Ketika isyarat berkonotasi positif, sebagian orang cenderung bahagia berlebih.
Hidup seakan digantung oleh benang tipis yang tak kunjung pasti adanya dan tak pasti benarnya. Lalu benarkah zodiak itu memegaruhi jalan kehidupan dan kepribadian seseorang? Pertanyaan yang selalu terngiang di benak. Ternyata pada tahun 1987 sebanyak empat puluh lima astrologer pernah mengadakan penelitian terkait hal itu. Mereka, dari pelbagai negara berkumpul mendiagnosa sebanyak 240 kepribadian orang berdasarkan zodiak dan hasilnya nihil. Artinya, tidak ada hubungan secara langsung antara kepribadian dan jalan hidup dengan zodiak.
Akan tetapi, salah satu psikolog Prancis, Michel Gauquelin mendapat apresiasi oleh akademisi. Tidak tanpa sebab, pasalnya ia menjalani penelitian selama 40 tahun dengan 1000 partisipan. Hasilnya, orang dengan zodiak Aries, Capricon, libra, dan cancer lebih agresif dibanding zodiak lain. Ini hanya berlaku bagi olahragawan bukan profesi lainnya. Oleh karenanya, hal ini tidaklah cukup untuk menafikan pernyataan bahwa, antara zodiak dengan jalan hidup apalagi kepribadian itu tidak berkorelasi.
Mungkin ada yang pernah mengalami seakan karakter pada zodiak, cocok dengan realita. Memang hal semacam itu kerapkali terjadi. Ternyata ketika disadari, pemaknaan zodiak itu seperti diambil dari sifat universal. Di mana setiap orang pasti mengalami dan merasakannya. Contoh kecil, dalam artikel web site liputan6.com (21/03/19). Tertera, orang yang berzodiak libra memiliki kepribadian selalu penuh pertimbangan dan cenderung tidak enakan dengan orang lain. Sedangkan untuk zodiak cancer cenderung memiliki pribadi yang mengayomi orang-orang di sekitarnya. Jika dipikir, apakah manusia tidak berpotensi memiliki kedua kepribadian itu? Saya kira semua orang bisa mempunyainya. Hanya saja ada yang lebih menonjol di antara keduanya.
Di sini, yang diserang adalah pikiran bawah sadar. Seakan-akan otak digiring untuk berpresepsi bahwa dua karakterter itu terdikotomi hanya pada masing- masing pribadi. Contoh lainnya, ketika isyarat zodiak mengintruksikan bahwa pada tahun ini zodiak tertentu akan mengalami banyak kesukaran dan ternyata dalam realitanya terwujud. Hal itu bukan karena isyaratnya yang benar. Melainkan karena orang tersebut meng-iyakan dan memberi attensi pada isyarat itu. Bahkan, sebenarnya jika orang tersebut tidak memberi attensi, maka alhasil tidak akan terjadi.
Jadi, yang bermain adalah gelombang pikiran (vibrasi). Saya teringat dalam buku 'kitab ilmu vibrasi' karya Arif Rahutomo yang sempat didiskusikan dengan kawan saya. Dengan redaksi yang berbeda berbunyi semacam ini "Kita dan alam semesta satu, hanya bedanya makrokosmos dan mikrokosmos." Mudahnya, apa yang alam bawah sadar kita pikirkan itulah yang akan terjadi. [Faidhumi]
KOMENTAR