![]() |
Datdut.com |
22 Oktober resmi menjadi peringatan Hari Santri Nasional di Indonesia. Pemaknaan santri jika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, santri diartikan orang yang mengaji di pesantren. Lantas, apakah setiap orang yang dari pesantren itu dapat disebut santri?
Dalam kenyataannya ada santri yang memiliki akhlak buruk. Sekarang tidak sedikit santri yang balik dari pondok berani mengkafir-kafirkan orangtuanya. Salahsatu tetangga saya Habib, balik dari pesantren di Mesir sampai rumah berani menyalahkan ibadah orangtuanya. Padahal orangtuanya tersebut yang mendidik dia dari kecil, bahkan sudah haji. Tapi anaknya pulang dari pondok berani menyalahkan ibadahnya orangtuanya. Ini hati-hati. Padahal bapaknya itu juga mondok di pesantren puluhan tahun dengan kiai. Apakah orang yang mudah menyalahkan, bahkan dengan orangtuanya itu dinamakan akhlak seorang santri?
Sebuah syair yang mengklasifikasikan ahlak seorang santri itu ada empat. Pertama, seorang santri itu jika berucap dan bertutur menggunakan sikap yang halus. Ini dilakukan kepada siapa saja. Baik dia berkomunikasi dengan orangtua, sejajar, atau bahkan dengan anak kecil sekalipun.
Kedua, ciri akhlak santri itu selalu mempunyai rasa hormat dan memuliakan kepada orantuaya. Ada dua makna arti orangtua; orang yang memang tua secara usia, dan orang yang di tuakan sebab keilmuannya. Adab santri selalu memuliakan orangtua di manapun dan kapanpun. Bahkan tidak saat ada, atau hidup saja tapi setelah mati juga masih di hormati.
Ahlak santri yang ketiga, seorang santri memiliki rasa welas dan asih kepada anak kecil dan sanak famili. Santri bukan yang bersifat pengadu domba, pemecah belah, pembuat isu hoax, atau sejenisnya. Ahlak santri identik dengan senyuman yang menenangkan, perilaku yang adem dipandang, dan luwes, serawung dengan siapapun. Santri menjalin hubungan persaudaraan dengan cinta yang tulus kepada anak kecil dan sesama saudara umat manusia.
Keempat, santri melaksanakan perbuatan dan perilaku sehari-hari berdasarkan ilmunya. Santri belajar di pesantren dengan guru dan kiainya untuk mendapatkan ilmu yang sohih, bersanat, dan memiliki sumber yang jelas dari gurunya hingga Rosulullah.
Jika seorang santri mendapat ilmu dari pesantren, hanya untuk berbisnis menceramahi orang kesana kemari untuk mendapatkan bisyaroh itu tidak termasuk ahlak santri. Pengamalan santri didasariketulusan bercakap, bertindak, berdakwah sebagai pengamalannya atas ilmu untuk amar maruf nahi munkar. Ilmunya selalu diamalkan setiap tindak tanduknya sehari-hari. Santri bertanggugjawab atas segala perbuatannya.
Imam Syafi'i salah seorang santri yang memiliki akhlak luar biasa mulia. Seorang mujtahid fiqh, yang patuh dengan ibunya. Pituturnya sangat hati-hati. Lantas bagaimanakah santri sekarang?
Banyak pejabat, politikus, artis, dan para anak zaman lainnya yang sekarang mengaku sebagai santri. Sudahkah sesuai akhlakmu yang katanya 2019 ini ingin menciptakan perdamaian untuk dunia? [Sae]
KOMENTAR