![]() |
Pakar Filsafat Sosial dan Politik, Donny Danardono/ Sumber: Jatengtoday.com |
Donny mengatakan bahwa post-truth adalah sebuah kematian nalar, karena fakta objektif kurang penting dalam membentuk opini publik. Menurutnya, terbentuknya opini publik bukan berdasarkan fakta, akan tetapi kepentingan pribadi.
"Post truth itu kematian nalar. Bukan karena fakta, tapi kepentingan pribadi," ungkapnya.
Tidak hanya itu, Donny juga menyampaikan gagasannya terkait post-truth yang bermain menggunakan emosi di dalamnya. Kematian nalar itu pun didorong oleh berbagai hal yang tidak diverifikasi dan dicek kebenarannya terlebih dahulu. Kata Donny, kedua hal inilah yang ikut andil dalam menunjang matinya nalar.
"Emosi yang bermain, tidak ada verifikasi, pasangannya nalar itu mati," kata Donny, Jumat (11/10/19).
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa media sosial berperan dalam membangkitkan emosi, bukan nalar. Hal ini menjadikan tidak ada kesempatan menganalisa secara langsung tentang kebenaran segala isu yang telah tersebar.
"Dunia maya itu membuat orang mempunyai informasi apa saja. Ini membangkitkan emosi bukan nalar. Emosi dalam arti suka, benci, terharu. Kemudian meneruskan ke yang lain. Beda dengan ketika kita menganalisa," kata dosen filsafat Unika Soegijapranata Semarang ini.
Bedah Majalah IDEA edisi 42 yang berjudul "Pesta Kematian Nalar; Sketsa Pergolakan Politik Indonesia" berhasil digelar di Depan Gedung F Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum) UIN Walisongo, Jumat (11/10/19) sore. Acara ini dihadiri aktivis pers mahasiswa dan juga mahasiswa UIN Walisongo dari berbagai fakultas. [Rep. Devia/ Red. Mahfud]
KOMENTAR