
Akhir-akhir ini, dunia sedang ramai memperbincangkan tentang sampah plastik di Indonesia. Seperti dalam unggahan foto akun Instagram dan Twitter seorang turis asal Inggris yang sedang berlibur di Pantai Batu Bolong, Badung, Bali. Foto itu memperlihatkan seorang perempuan berbaring di pantai dengan banyak sampah di sekililingnya (detiknews, 18/12/2018).
Tidak hanya di Bali, fenomena banjir kiriman yang merendam DKI Jakarta juga ramai diperbincangkan. Dikutip dari CNN Indonesia (26/4/2019), penyebab utama banjir sungai Ciliwung berasal dari sampah yang menumpuk di hilir sungai. Ini menjadi masalah utama yang melanda ibu kota. Beberapa fakta penelitian menunjukkan bahaya dampak sampah di dunia.
Berdasarkan data Jambeck (2015), Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai 187,2 juta ton setelah Cina 262,9 juta ton. Filipina berada di urutan ketiga dengan sampah plastik mencapai 83,4 juta ton, diikuti Vietnam 55,9 juta ton, dan Sri Lanka 14,6 juta ton per tahun.
Sistem pengelolaan sampah merupakan hal vital bagi kebersihan dan keindahan suatu negara. Sampai saat ini negara Indonesia masih belum mampu mengelola sampah dengan baik. Pengelolaan sampah yang belum memadai menyebabkan Indonesia menjadi negara kedua penyumbang sampah plastik terbesar di dunia.
Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Tuti Hendrawati Mintarsih menyebutkan, total jumlah sampah Indonesia tahun 2019 akan mencapai 68 juta ton, dan sampah plastik diperkirakan akan mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada.
Setiap tahun, masyarakat Indonesia dilaporkan memakai 100 miliar kantong plastik. Dari perhitungan tersebut, setiap orang di Indonesia menggunakan sekitar 700 kantong plastik per tahun atau kira-kira dua kantong plastik dalam sehari. Ironisnya, banyak sampah kantong plastik tersebut tidak sampai ke tempat pembuangan sampah dan hanya sedikit yang akhirnya dapat didaur ulang.
Sekarang kita melihat kondisi di Indonesia saja, masyarakat masih sulit untuk lepas dari barang-barang berbahan plastik. Secara umum barang-barang berbahan plastik tersebut berupa benda sekali pakai, dari produk bungkus makanan hingga produk kecantikan. Produk berbahan plastik tersebut, seperti; sedotan, gelas, piring, botol, kemasan makanan, kantong plastik, dan lainnya. Mirisnya lagi, setelah dipakai produk berbahan plastik tersebut terlalaikan dan menumpuk di tepi pantai.
Kurangnya Kesadaran
Seperti yang kita ketahui, plastik sangat sulit terurai dalam tanah. Membutuhkan waktu bertahun-tahun dalam penanganannya. Rendahnya pengetahuan serta kepedulian masyarakat terhadap hal tersebut, mengakibatkan banyak sampah plastik yang berserakan. Perilaku seperti ini, mencerminkan minimnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian alam.
Perilaku masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan, akan banyak menimbulkan dampak buruk. Seperti menumpuknya sampah di sungai akan mengakibatkan banjir. Sampah-sampah plastik yang banyak masuk ke dalam laut juga bisa menyebabkan hewan-hewan di laut mati. Jika masyarakat masih terus menerus melakukan hal tersebut, akan berbahaya untuk kesehatan.
Penanganan pemerintah untuk meminimalkan penggunaan barang-barang berbahan plastik penting dilakukan. Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan bahaya pencemaran sampah plastik. Jika tidak, Indonesia akan akan tercemar dan tenggelam dalam tumpukan sampah-sampah plastik. Bukankah Indonesia terkenal dengan masyarakat yang ramah? Apakah hanya ramah terhadap sesama manusia saja, lantas bagaimana dengan menjaga lingkungan? [Faila]
KOMENTAR