![]() |
Sumber: internet |
Apa yang pertama kali terlintas di benak Anda begitu mendengar kata pria? Seorang lelaki dewasa yang matang dan maskulin. Namun, tampaknya hal tersebut tidak berlaku bagi film pendek berjudul Pria besutan Yudho Aditya ini. Alih-alih menampilkan sosok pria dewasa dan maskulin, karakter pria dalam film ini malah cenderung berkarakter androgini.
Bukan tanpa alasan Yudho Aditya memilih karakter tersebut. Sebab, ia ingin menggambarkan karakter tokoh utama dengan deskripsi yang sesuai dengan keadaan jiwanya. Ya, film Pria adalah sebuah film pendek yang bercerita tentang keadaan seorang LGBT.
Yudho Aditya memang sutradara film pendek yang banyak memproduksi film bertema LGBT. Meski masih menempuh pendidikan sebagai sutradara di Columbia University, namun film produksinya telah mewarnai kancah penghargaan internasional. Salah satunya, film Pria yang mengantongi penghargaan Hawaii International Film Festival 2017 sebagai Best Short Film.
Film pendek yang rilis tahun 2017 ini berdurasi 22 menit. Bercerita tentang kehidupan Aris [Chicco Kurniawan], seorang remaja SLTA, yang mendapati dirinya begitu tertarik dengan guru Bahasa Inggris di sekolahnya bernama Mr. Peter [Jacob McCarthy] Namun, ketertarikan semacam itu sangat tabu di lingkungannya. Maklum, ia hanyalah seorang pemuda yang hidup di pedesaan yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai religiusitas.
Segalanya makin tak menentu bagi Aris begitu ibunya memutuskan untuk segera menikahkan ia dengan Gita [Gladhys Elliona Syahutari], putri Ustaz Fausi [Otig Pakis] salah seorang pemuka agama di desanya yang begitu disegani masyarakat.
Di satu sisi ia ingin memerdekakan perasaannya yang meneriakkan bahwa ia seorang gay. Namun, di sisi lain, ia tidak ingin membuat ibunya terluka dan mempermalukan nama baik keluarga.
Lalu, bagaimana kisah perjuangan Aris dalam mempertahankan idealisme-romantik jiwanya serta ideologi tradisi yang mengekang kebebasannya? Dapatkah Aris bahagia atas pilihan hidupnya?
Melihat Lewat Kacamata LGBT
Dapat dikatakan jika Yudho Aditya adalah sutradara yang total dalam melakukan persiapan produksi filmnya. Ia mengaku harus melakukan riset 5 bulan di pedesaan Indonesia untuk melakukan penelitian tentang budaya, kebiasaan dan adat-istiadat yang tertanam di sana. Sekalipun, film Pria hanya berdurasi pendek 22 menit, namun juga membutuhkan waktu 3 bulan untuk proses pre-produksi.
Yudho Aditya sangat ingin memberi pengalaman kepada penonton melalui kacamata seorang LGBT. Bagaimana kehidupan mereka, bagaimana mereka dapat tertarik dengan sesama jenis, dan bagaimana ia berkorban untuk menjadi 'normal' demi keluarga dan tradisi sekitarnya.
Pada dasarnya, film Pria ini ingin menyuarakan keresahan para LGBT bahwa, sekeras apa pun keadaan memaksa mereka untuk menjalani kodrat mereka sebagaimana umumnya, hasrat naluriah mereka akan tetap mengatakan apa adanya yang terjadi pada diri mereka. Sekalipun mereka berperan menjadi 'manusia normal', mereka tidak akan pernah menjadi bagian dari 'manusia normal' sebab mereka adalah LGBT. [L]
KOMENTAR