Foto bersama dalam acara diskusi publik dengan tema " Islam Kebangsaan Kemanusiaan dan Tantangan Milenial" di Audit 1 lantai 2 kampus 1 UIN Walisongo, Kamis (15/11/18). |
Semarang, IDEAPERS.COM – Menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Yahya Cholil Staquf mengatakan bahwa ada perubahan-perubahan fundamental yang dramatis, sehingga menuntut mindset baru memasuki era peradaban manusia ini. Hal ini ia ungkapkan dalam acara diskusi publik dengan tema " Islam Kebangsaan Kemanusiaan dan Tantangan Milenial" di Audit 1 lantai 2 kampus 1 UIN Walisongo, Kamis (15/11/18).
“Setidaknya ada empat perubahan fundamental yang menuntut mindset baru, yaitu tatanan politik, identitas agama, standar formal, dan tidak ada kematangan dalam konsep perbatasan antar negara," ungkap Yahya.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan Lembaga Penelitian dan Pengabdian (LP2M) UIN Walisongo dan Rahim Bangsa itu, Yahya menjelaskan bahwa peta politik dunia bersifat lebih sederhana sebelum peradaban dunia. Pertama, ada satu dunia Islam di bawah satu kekuasaan Turki Utsmani yang membentang dari Maluku ke India Barat menghadapi kafir-kafir Kristen di Eropa dan kafir-kafir Hindu di India.
Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa hampir setiap negara menggunakan agama sebagai identitas negaranya. Contohnya India yang menggunakan agama Hindu sebagai identitas negaranya.
Ketiga, banyak standar formal yang berbeda. Misalnya perbudakan. Sebelum perang dunia pertama, sampai sesudah perang dunia kedua, perbudakan masih dianggap normal.
Terakhir, ia menjelaskan bahwa tidak ada kematangan dalam konsep perbatasan antar negara. Sehingga hubungan antar negara, terutama negara tetangga diwarnai dengan peperangan yang abadi, seperti Perancis dan Inggris.
Ia menambahkan bahwa globalisasi menjadi salah satu sumber masalah konflik yang ada di Indonesia sekarang ini. "Indonesia punya ketahanan yang luar biasa, karena mereka paham arti kebangsaan itu sendiri. Namun karena tantangan globalisasi, Indonesia bukan lagi progres tapi konservatif agama yang ingin membawa masa lalu ke masa sekarang," imbuhnya.
Yahya juga mengajak mahasiswa untuk mengupgrade pemikirannya terhadap masalah-masalah konflik agama yang ada di Indonesia.
"Kita harus menguprage pemikiran kita terhadap masalah-masalah konflik agama yang ada di Indonesia, sehingga konflik itu tidak terus bersinambungan," tegas Yahya.
Selain Wantimpres RI, acara ini juga dihadiri Ketua PW Muhammadiyah Jawa Tengah, Tafsir dan Dekan Fakultas Ilmu Sosiologi dan Politik, Muhyar Fanani sebagai narasumber. [Rep. Laily, Firda/Red. L]
KOMENTAR