
Muhibbin telah menjabat sebagai rektor UIN Walisongo selama hampir dua periode semenjak 2011. Jabatan tersebut akan berakhir pada tahun 2019 mendatang. Selama masa jabatannya Muhibbin telah menetpkan sejumlah kebijakan yang memberikan perubahan bagi UIN Walisongo.
Beberapa di antaranya transformasi dari IAIN menjadi UIN pada tahun 2014 lalu, meraih peringkat pertama sebagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) versi Webometrics, membangun empat gedung baru, serta masih banyak lagi.
Selain itu selama dua periode kepemimpinannya, Muhibbin juga menetapakan kebijakan yang kontroversial. Di antaranya penetapan kebijakan Uang Kuliah Tunggal (UKT), pemberlakuan jam malam bagi kegiatan mahasiswa, hingga yang paling baru kontroversi mengenai pemberlakuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Mahasiswa UIN Walisongo memberikan reaksi yang beragam terhadapa kebijakan yang ditetapkan selama dua periode kepemimpinan Muhibbin. Ada mahasiswa yang menolak keras salah satu kebijakan kepemimpinan Muhibbin sehingga berujung demonstrasi mahasiswa seperti dalam kasus UKT dan JKN. Ada pula mahasiswa yang manaerima begitu saja.
Lantas, sebenarnya seperti apakah tingkat kepuasan mahasiswa terhadap dua periode kepemimpinan Muhibbin? Untuk mengetahui jawabannya, tim riset el-Manhaj melakukan jajak pendapat pada Januari 2018. Proses pengambilan data menggunakan cara wawancara langsung kepada responden yang dipilih secara acak menggunakan metode systematic random sampling yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin, jurusan, serta angkatan. Sample yang diambil sejumlah 100 responden dari delapan fakultas yang ada di UIN Walisongo.
Berdasarkan hasil jajak pendapat tersebut menyebutkan bahwa sebanyak 50 persen responden menyatakan tidak puas dengan kebijakan yang digtetapkan selama kepemimpinan Muhibbin. 30 persen menytakan cukup puas, sedangkan 6,7 persen mengaku tidak puas.
Kebijakan mengenai keamanan kampus menjadi sorotan oleh mayoritas responden. Sebanyak 76,7 persen responden menyatakan tidak puas dengan upaya untuk membuat kampus UIN Walisongo menjadi lebih aman. Pihak kampus memang telah mengupayakan untuk memperketat keamanan dengan menambah petugas keamanan hingga memberlakukan kartu parkir. Namun kenyataannya masih banyak terjadi pencurian sepeda motor di lingkungan UIN Walisongo.
Hal lain yang menjadi sorotan resonden mengenai kebijakan untuk meningkatkan sarana dan prasarana kampus. Tercatat 58,3 persen responden menyatakan belum puas dengan itu, seperti halnya banyak proyektor tidak berfungsi bahkan hilang di gedung O FUHum. Sedangkan 40 persen responden merasa cukup puas dengan fasilitas penunjang perkuliahan di UIN Walisongo.
Sementara dalam segi pelayanan 52,5 persen responden menyatakan cukup puas. Salah satu bentuk pelayanan yang sudah lebih baik diwujudkan melalui pengadaan front office di setiap fakultas. Pelayanan di UIN Walisongo juga mengedepankan motto 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun). Sehingga hanya 21,1 persen responden yang menyatakan tidak puas terhadap pelayanan birokrasi di UIN Walisongo.

Terlepas dari segala kontroversi kebijakan yang telah ditetapkan selama dua periode kepemimpinan Muhibbin, pihak kampus telah berusaha maksimal untuk membuat UIN Walisongo menjadi lebih baik. Meskipun pada kenyataannya mahasiswa sering tidak dilibatkan dalam proses penyusunan kebijakan. Bagaimana menurut anda? Apakah anda puas dengan dua periode kepemimpinan Muhibbin sebagai rektor UIN Walisongo?
)* Riset ini pernah dimuat di buletin el-Manhaj edisi XXVII "Kinerja Rektor Selama Dua Periode?"
KOMENTAR