![]() |
Ilustrasi: Internet |
Bagaimana jadinya jika aksi kejar-kejaran mobil dikendalikan oleh alunan musik yang diputar seorang pengemudi yang belum purna dewasa?
Well, tampaknya film besutan Egdar Wright yang berjudul Baby Driver ini cukup mampu menggambarkan keadaan tersebut.
Film aksi Baby Driver menyuguhkan hal yang berbeda dari film aksi lainnya. Musik menjadi faktor dominan penting dalam film yang berdurasi 110 menit ini.
Hampir 70% film ini penuh dengan iringan musik catchy dari musisi besar era 70-80an seperti Queen, Blur, Run The Jewels, The Detroit Emeralds, dan masih banyak lagi.
Diakui, film aksi yang melibatkan kejar-kejaran mobil, kisah romansa, serta tokoh utama dengan karakter protagonis yang begitu mencolok, seakan membawa kita pada karakteristik film di era 80an, ditambah dengan iringan latar belakang musik dari lagu musisi-musisi di atas. Namun, Edgar Wright mampu membawa nuansa retro tersebut dalam film tanpa menyampingkan situasi di masa sekarang.
Sebut ia Baby [Ansel Elgort], seorang pengemudi handal yang disewa untuk menjalankan misi kejahatan. Jika personel kejahatan lain bersenjatakan pistol, maka Baby cukup dengan I-pod. Saat berada di balik kemudi, ia akan memutar lagu yang menjaga moodnya tetap prima sambil membuat polisi kalang-kabut dengan aksi menyetirnya yang gila.
Atas alasan itulah, Doc [Kevin Spacey] selalu mempercayakan kesuksesan misinya di tangan Baby. Baginya, Baby adalah jimat keberuntungan yang menentukan sukses atau tidaknya misi mereka.
Sejatinya, Baby bukanlah seorang kriminal. Ia hanya lelaki polos berotak encer yang suka menyendiri sebab trauma masa kecil dan memiliki hobi mendengar musik sesuai mood hatinya lewat earphone yang tersambung ke I-pod. Namun ia berhutang banyak uang pada Doc dan menjadi pengemudi misi kejahatan adalah satu-satunya cara untuk melunasi hutangnya.
Tinggal satu misi lagi dan hutang Baby lunas, kata Doc. Tapi, tidak akan ada yang namanya one last job dalam semesta film kriminal. Setelah misinya yang terakhir, Doc tetap enggan melepas Baby ketika ia tidak mau lagi terlibat dalam aksi kriminal.
Doc bahkan mengancam Baby dengan melukai ayah angkatnya, Joseph [CJ Jones], serta kekasihnya bernama Debora [Lily James], jika tidak mengikuti perintahnya. Baby tidak kuasa menolak ajakan Doc. Akhirnya, ia pun mengiyakan permintaannya.
Pekerjaannya kali ini akan lebih berat. Bukan hanya sebab ia ingin keluar dari lubang kejahatan, tapi ia juga harus bekerjasama dengan kru berdarah dingin dan sinting bernama Bats [Jamie Foxx] dan dua kriminal profesional bernama Darling [Eiza Gonzalez], serta Buddy [Jon Hamm]. Bersama, mereka harus merampok sebuah kantor pos.
Sanggupkah Baby menjalankan misi kejahatan tersebut dan lepas dari cengkraman Doc beserta komplotannya?
Sentuhan Musikal dalam Film Aksi Kriminal
Seperti yang kita tahu, film Baby Driver mengandung 70% unsur musikal di dalamnya. Hal ini bukanlah suatu ketidaksengajaan, sebab pada wawancaranya, Edgar Wright mengatakan jika ide awal Baby Driver memang sebuah film yang didasarkan oleh soundtrack sebagai latar belakang cerita.
Hal ini dibuktikan dengan pengambilan sinematografi yang sering menerapkan continuous shot tanpa jeda layaknya film-film musikal. Bahkan, di awal film kita akan diperlihatkan adegan ketika Baby mengikuti hentakan musik dengan koreografi yang sudah ditata apik.
Edgar Wright sengaja membuat adegan laganya secara langsung dan meminimalisir penggunaan efek CGI. Kabarnya, konsep film ini memakan waktu hingga 2 dekade. Maka tidak mengherankan jika plot pada cerita tampak begitu matang.
Dalam pendalaman karakter utama pun, penonton akan diberi semacam clue dari awal cerita untuk menyimpulkan siapa sebenarnya sosok Baby. Di samping itu, film ini memiliki skenario kuat dan twist cerita yang lumayan sulit ditebak.
Film yang mendapat skor Imdb 7.9 dan 93% dari Rottentomatoes ini adalah film yang mudah dinikmati. Baby Driver mempromosikan hal positif ala karakter utama dengan sifat protagonisnya seperti film-film pada umumnya. Meski sederhana, tapi sutradaranya mampu mengemas film ini dengan begitu menggigit dan menghibur tanpa filosofi berlebihan.
Film ini adalah film popcorn yang renyah dikunyah dan mudah dicerna. Jadi, cocok bagi mereka yang menginginkan waktu bersantai dan bersenang-senang sambil menonton film di rumah. [Sophero]
KOMENTAR