Semarang, IDEApers.com - Guru besar baru bidang Ilmu Tafsir UIN Walisongo Semarang, Imam Taufiq, mendedikasikan orasi ilmiahnya berjudul "al-Quran dan Perdamaian Profetik dalam Bingkai Kebhinnekaan" sebagai upaya transformasi perdamaian di Indonesia. Ia mencoba pendekatan dan metode pembacaan teks al-Quran yang kontekstual dalam ruang kehidupan multikultural di Indonesia.
"Penulis dedikasikan sebagai upaya transformasi perdamaian di Indonesia. Dengan menggunakan worldview al-Quran dan perdamaian profetik dalam perspektif pembacaan tafsir maqasidi," ujarnya dalam pidato pengukuhan guru besar ilmu tafsir di auditorium kampus tiga UIN Walisongo, Selasa (18/04/17) pagi.
Imam Taufiq menyatakan, ia menerapkan tafsir maqasidi ke dalam hubungan antara muslim dan non muslim. Ia melihat banyak ayat dalam al-Quran yang mempersoalkan topik ini.
"Sejumlah ayat al-Quran menegaskan tidak ada paksaan dalam beragama, dan dialog (co-existence) adalah ajaran fundamental dalam agama Islam," tulis Imam Taufiq dalam buku pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Ilmu Tafsir.
Lebih lanjut Imam Taufiq mencontohkan perilaku baik Nabi Muhammad kepada komunitas non muslim. Ia menilai bahwa perilaku nabi tersebut sesuai dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika yang ada di Indonesia.
"Perlakuan Nabi Muhammad terhadap komunitas Yahudi dan Nasrani di Mekah dan Madinah agaknya dapat dijadikan patokan tentang bagaimana seharusnya menilai dan memperlakukan non muslim dalam ruang Bhinneka Tunggal Ika seperti di Indonesia." jelasnya.
Dalam acara pengukuhan tersebut, dihadiri oleh seluruh civitas akademik UIN Walisongo, serta tamu undangan dari berbagai kalangan. Dalam acara tersebut, Imam Taufiq turut membagikan sekitar 600-an bibit tanaman sebagai wujud kepeduliannya kepada lingkungan. [Rep. Abdi/Red. Alan]
KOMENTAR