![]() |
Gedung Pusat Pengembangan Bahasa UIN Walisongo |
Semarang, IDEAPERS.com – Setelah adanya ketakuatan mahasiswa dalam mengahadapi TOEFL, kini mahasiswa kembali dibuat takut dengan Ikhtibar Mi'yar al-Kafaah fii al-Lughah al-Arabiyyah (IMKA) yang turut menjadi syarat bagi mahasiswa untuk bisa mengikuti ujian munaqosah.
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Muhammad Farid Huda, mengaku jika dirinya sampai semester tujuh ini belum mengikuti IMKA, karena takut dengan kemampuannya dalam berbahasa asing yang kurang.
“Saya kesulitan semuanya (TOEFL dan IMKA) dan saya pun tidak berminat (belajar bahasa asing). Sejauh ini sudah banyak ngajak (tes), tapi saya tidak mau karena kurang persiapan,” kata Farid saat ditemui IDEAPERS.com di gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) FUHum kampus dua, Kamis (22/12/16).
Farid mengaku jika ia sempat mengikuti TOEFL satu kali, namun ia dinyatakan tidak lulus dan ragu saat akan mengikuti tes selanjutnya. Farid pun mengaku ragu dengan standar TOEFL dan IMKA di Pusat Pengembangan Bahasa (PBB) UIN Walisongo, yang tidak seperti lembaga lain.
Sementara itu mahasiswa FUHum Rois, mengatakan jika ia merasa kesulitan mengerjakan soal TOEFL dan IMKA, hingga akhirnya tidak lulus. Ia mengulangnya sebanyak tiga kali, baru bisa lulus dan bisa mengikuti ujian munaqosah.
“Saya sampai tiga kali dan baru bisa lulus, soalnya kurang persiapan. Selain itu jumlah soalnya terlalu banyak, waktu minim, dan tidak bisa konsentrasi,” kata Rois mahasiswa semester sembilan itu.
Rois mengatakan hal yang membuatnya tidak lulus tiga kali berturut-turut disebabkan karena ia tak bisa memahami materi dan cara dosen saat menyampaikan mata kuliah dalam program intensif bahasa tingkat satu hingga tingkat tiga. “Cara penyampaian mata kuliah bahasa berbeda-beda dan terkadang sulit dipahami,” tambahnya.
Rois berharap kepada mahasiswa yang akan mengikuti TOEFL dan IMKA agar mempersiapkan kemampuan berbahasa asing mereka dengan baik, karena materi kuliah bahasa tidak cukup mendukung untuk bisa lulus. (Rep. Zela, Isqi/Red. Rozikan)
KOMENTAR