“Nothing happens unless first we dream”. Tidak ada yang akan
terjadi jika kita tidak memulainya dengan bermimpi. Hidup berawal dari mimpi, itulah intinya.
Setelah saya telaah dan teliti secara mendalam, tidak pernah
ada satu pun ulama yang menyatakan bahwa bercita-cita adalah haram hukumnya.
Dari sanalah, saya sebagai muslim yang taat dan cukup
ganteng ini, tak merasa takut untuk bermimpi yang cukup tinggi. Impian saya
ialah menjadi “Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan”. Kenapa demikian? Bagi saya,
menjadi Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan adalah jabatan yang representatif dan
mulia. Ini alasannya:
Open Minded dan Menjalin Relasi
Baik Demi Prestasi
Dalam praktiknya, saya sebagai pemangku jabatan rektor
yang berhubungan langsung dengan kegiatan mahasiswa khususnya dengan Unit-unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Saya akan melakukan perenungan diri bahwa pertama,saya
adalah dan harus menjadi akademisi dan birokrat kampus yang open minded
(berpikiran terbuka). Jika saya berpikiran sempit alias tempramen, saya tidak
akan mendapatkan hasil yang memuaskan atas apa yang saya kerjakan.
Kedua, perihal hubungan dengan mahasiswa, saya
akan memberikan ruang untuk kegiatan dan karya mahasiswa. Terlebih lagi
hubungan baik dengan UKM yang memiliki
visi dan pengembangan skill dari masing-masing lembaga. Menurut saya, itulah
langkah awal yang mulia. Jika saya tidak open minded dan menjalin relasi baik, yang
terjadi hanya konflik antar lembaga.
Khusnul Khatimah (Bukan Birokrat
Musuh Mahasiswa)
Tradisi kampus mencatat bahwa meskipun dulu seseorang
pernah menjadi aktivis, namun ia akan mendadak melupa jiwa aktivisnya ketika
mendapat kursi jabatan di birokrasi. Bahkan seringkali dianggap semena-mena.
Memang banyak teori psikologi dan sosiologi
menyebutkan adanya “jembatan antar generasi”. Artinya, generasi tua dan
generasi muda dalam berargumen maupun bersikap seringkali tidak bisa sehaluan.
Yang tua selalu merasa paling benar dan yang muda selalu terlihat anarkis
di mata orang-orang tua.
Tapi, teori di atas akan saya revisi. Akan saya tunjukkan
bahwa ketika saya menjadi generasi tua nanti, saya akan berusaha untuk
sedemokratis mungkin. Setiap hal yang dianggap menuai masalah, saya akan
mencari tahu kemudian menyikapinya dengan basis data (tidak ada kemajuan kalau
hanya omong kosong belaka).
Siapa yang mau banyak dimusuhi? Tentu tidak ada. Andai cita-cita
saya ini tercapai. Selain saya bisa berproses mulia dan berprestasi dalam
aktivitas, saya pun menginginkan khusnul khotimah di masa akhir saya mengabdi
sebagai akademisi dan birokrat kampus. Begitu.
Lagi, saya tidak berbicara omong kosong mengenai
pemberian ruang pada kegiatan dan pengembangan kreatifitas mahasiswa. Potensi-potensi
akan saya maksimalkan untuk meraih prestasi dan untuk membanggakan orang tua
mahasiswa dan tentunya kebanggaan dan nama baik almamater kampus.
Ini langkah-langkah yang akan saya lakukan:
Pengembangan Skill dan Kebijakan Berbasis Riset
"Kampus akan maju ketika kampus tersebut berbasis
riset,” begitu kata dosen saya. Ya, nanti jika saya menjadi rektor bagian
kemahasiswaan, saya akan melakukan riset terlebih dahulu perihal bagaimana mengembangkan
skill serta karya mahasiswa dan UKM.
Sebelum mengambil keputusan, saya akan meneliti mengenai apa yang melatarbelakangi mahasiswa dan UKM yang agak macet berprestasi (yang sudah berprestasi harus tetap semangat). Saya akan mendata dan sering ikut andil dalam kegiatan mahasiswa dan UKM.
Sebelum mengambil keputusan, saya akan meneliti mengenai apa yang melatarbelakangi mahasiswa dan UKM yang agak macet berprestasi (yang sudah berprestasi harus tetap semangat). Saya akan mendata dan sering ikut andil dalam kegiatan mahasiswa dan UKM.
Demi perkembangan skill mahasiswa khususnya UKM ini saya akan bekerja keras agar dapat membanggakan kampus dan dapat bersaing dengan kampus-kampus terkemuka. Adagium bahwa pejabat berpikir semena-mena atau seenaknya akan saya pangkas dengan praktek dan hasil yang memiliki data, lengkap dengan dokumentasinya.
Resolusi Masalah dan Metodenya
Masalah tentu akan datang setiap waktu. Dalam hal yang
terkait dengan saya dan pekerjaan saya di kampus ini saya akan
mencoba tenang dan bijak dalam segala hal. Lagi-lagi, saya akan riset langsung
pada setiap masalah yang datang. Untuk itu, metode pendekatan emosional dan
riset akan selalu melekat dalam setiap kebijakan yang akan saya ambil.
Semoga impian saya benar-benar tercapai dengan segudang
prestasi dan ketika sudah tercapai nanti, saya akan khusnul khotimah setelah
selesai menjabat. Amin. [k]
KOMENTAR