![]() |
Suasana Sarasehan di Gedung Baru |
Dalam acara tersebut, Muhsin Jamil selaku Dekan mengatakan, bahwa saat ini Ushuluddin tengah berbenah dalam berbagai sektor. Dalam sektor sarana dan prasarana misalnya, Ushuluddin tengah membangun kelas out door berbentuk logo UIN Walisongo yang terletak di depan dekanat. Ruang kelas E3 dan E4 pun tidak digunakan lagi sebagai ruang kelas, namun diubah menjadi ruang dosen. Sementara gedung dekanat diperuntukkan bagi para guru besar dan dosen senior. “Agar dosen bisa lebih dekat dengan mahasiswa,” ungkapnya.
Muhsin juga menambahkan dalam perkuliahan yang akan mulai berlangsung pada 2 Maret 2015 mendatang, mulai diberlakukan absensi secara online. Mahasiswa maupun dosen yang tidak memenuhi absensi sebesar 75%, secara otomatis dianggap tidak lulus. Untuk mendukung program tersebut, seluruh gedung yang ada di Fakultas Ushuluddin kini telah terkoneksi dengan Wi-Fi.
Dalam bidang kemahasiswaan, Masrur selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama turut memotivasi mahasiswa untuk lebih giat melakukan riset. Ia menjelaskan bahwa peluang untuk melakukan kerja sama antara mahasiswa dengan dosen sangat terbuka lebar. “Mahasiswa harus memiliki karya nyata,” ucap Masrur.
Sementara itu dalam sektor fisik, fungsi gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) mulai dioptimalkan kembali. “Rencananya gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa akan ditutup pada pukul 22:00,” tambahnya.
Menanggapi rencana tersebut Yazid, selaku lurah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Metafisis merasa keberatan. Selama ini kegiatan UKM yang dipimpinnya sebagian besar dilakukan pada malam hari, latihan teater misalnya, sering dilakukan hingga tengah malam, “Ada anggota yang nglaju, rumahnya cukup jauh hingga terpaksa harus menginap di PKM,” jelas Yazid.
Hal senada turut diungkapkan oleh Saifudin, Pemimpin Umum LPM IDEA. Kegiatan lay out majalah sering dilembur sampai larut malam, hingga terpaksa menginap. “Untuk mengejar deadline,” ucap Saifudin singkat.
Merespon keluhan tersebut, Muhsin menganjurkan agar setiap lembaga kemahasiswaan mengirimkan rangkaian aktivitasnya untuk ditinjau ulang dan dicarikan solusi yang dapat diterima semua pihak. “Semua ini dilakukan sesuai dengan visi UIN Walisongo, universitas Islam riset terdepan berbasis pada kesatuan ilmu pengetahuan untuk kemanusiaan dan peradaban,” jelas Muhsin. (Ali/Gigih)
KOMENTAR