Serius: Khaeroni sedang menjelaskan penilaian dalam akreditasi jurnal di sesi pertama Sarasehan Nasional Jurnal Dakwah, Kamis (14/11). (Foto: Zuha/IDEA) |
NGALIYAN - Idea News - Kamis (14/11), sekitar 30 pimpinan jurnal dakwah
Perguruan Tinggi Agama Islam se-Jawa berkumpul di audit satu lantai dua
Institut Agama Islam Negeri Walisongo
(IAIN-Ws) Semarang. Mereka menghadiri acara Sarasehan Nasional Pengelola Jurnal
Dakwah di Lingkungan Perguruan Tinggi Agama Islam se-Jawa yang diadakan oleh
Fakultas Dakwah dan Komunikasi (Fakdakom) IAIN-Ws. Acara itu dimulai pukul
08.40 dan selesai pukul 15.00.
Solihan, ketua Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPPM),
menuturkan, nasib jurnal ilmiah IAIN-Ws sangat memprihatinkan. Saat ini, tidak ada jurnal di lingkungan
Walisongo yang lolos akreditasi. Teologia, jurnal Fakultas Ushuluddin, adalah
jurnal terakhir di IAIN-Ws yang pernah terakreditasi. Tetapi saat akreditasi
yang terakhir, akreditasi Teologia gagal .
“Aturan dari Kementerian Agama yang
berubah-ubah menjadi kendala utama dari masalah tersebut,” tutur Solihan.
Ahmad Faqih, Pemimpin Redaksi (pemred) Jurnal Ilmu Dakwah
Fakdakom, juga menuturkan hal yang sama. Diantara latar belakang diadakannya
acara itu karena memandang keadaan jurnal dakwah yang memprihatinkan. Untuk
menyelesaikan masalah ini, menurut Faqih, perlu dibangun komunikasi antar
pengelola jurnal, dalam hal ini, jurnal dakwah PTAI se-Jawa.
Acara ini terdiri dari tiga sesi. Sesi pertama diisi oleh
Kepala sub Direktorat (Kasubit) Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Kementerian
Agama, Khaeroni. Dalam presentasinya, ia menjelaskan tentang kebijakan
peningkatan mutu jurnal ilmiah di PTAI. Ia juga banyak bicara tentang poin-poin yang
harus dipenuhi supaya sebuah jurnal mendapatkan nilai minimal B dalam
akreditasinya.
“Tidak seperti dulu, sekarang nilai C dianggap tidak lolos
akreditas,” terang Khaeroni.
Sesi kedua diisi oleh Saptoni, Sekretaris Editor Jurnal
al-Jami’ah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Jogjakarta, salah satu
jurnal yang terakreditasi A. Ia menuturkan, kendala utama dalam pembuatan
jurnal adalah mencari penulis yang berkualitas. Untuk menyiasatinya, diperlukan
adanya jaringan yang luas.
Menurut Saptoni, forum seperti sarasehan ini sangat penting.
Tapi ia mengingatkan, jangan sampai acara ini tidak ada tindak lanjut yang riil
seperti yang sudah-sudah. “Kemenag pernah membuat sampai dua kali milis
online khusus pengelola jurnal, agar mereka bisa saling berbagi tulisan.
Tetapi sekarang forum itu sudah mati semua.” Jelas Saptoni.
Sesi terakhir diisi langsung oleh pemred Jurnal Ilmu Dakwah.
Ia memimpin langsung sesi yang membahas strategi peningkatan mutu jurnal itu.
Menurtnya, jaringan adalah kunci utama untuk meningkatkan dan mengoptimalkan
jurnal dakwah.
“Posisi jurnal sangat penting dalam PTAI. Karena itu, jurnal
harus dioptimalkan supaya bisa berkembang lebih baik,” tutur Faqih. [Zuha/IDEA]
KOMENTAR