| Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Kelembagaan, Mukhsin Jamil memberikan sambutan saat wokrshop Kalam UIN Walisongo Semarang di aula Auditorium, Sabtu (08/11/2025). |
Semarang, IDEAPERS.COM - Guna meningkatkan daya saing sistem pendidikan di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (Komdigi) bersama Keluarga Alumni (Kalam) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang mengajak seluruh elemen masyarakat untuk aktif membangun sistem belajar yang mandiri dan inklusif. Salah satunya dengan memanfaatkan Artificial Intelligence (AI).
Kegiatan yang bertajuk “Membangun Kemandirian Belajar melalui Inovasi Teknologi dan Sekolah Rakyat Berbasis AI” dihadiri ratusan mahasiswa, birokrasi kampus serta alumni UIN Walisongo Semarang. Acara berlangsung di Auditorium II Kampus 3, Sabtu (08/11/2025).
Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Kalam UIN Walisongo, Lukman Khakim, mengatakan bahwa kehadiran AI sangat membantu mempercepat berbagai proses kehidupan. Selain itu, katanya, juga mampu memudahkan pemecahan berbagai persoalan yang ada.
“AI ini dianggap dapat menyelesaikan problem-problem manusia seperti di bidang pendidikan yang memudahkan kita dalam meriset dan mencari data,” Kata Lukman saat memberikan sambutan.
Dalam kesempatan itu, ia juga menyinggung program nasional pemerintah pusat, yakni Sekolah Rakyat (SR). Menurutnya, pengembangan SR ini juga bisa didongkrak dengan kemajuan teknologi AI.
Baca Selengkapnya: Kenang Mahasiswa KKN Hanyut di Sungai Kendal, DEMA UIN Walisongo Gelar Doa Bersama
Ia menjelaskan, jika AI diterapkan dalam SR, output yang dihasilkan akan semakin selaras dan sinergi. Selain itu, lanjutnya, penggunaan AI juga dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang diberikan kepada para siswa.
“Sekolah ini diharapkan dapat menjembatani perubahan yang ada. Dengan adanya AI Sekolah Rakyat, bukan hanya mengurangi angka kemiskinan, tetapi dapat meningkatkan kualitas pendidikan,” tuturnya.
Di sisi lain, Lukman menyampaikan bahwa percepatan AI harus diimbangi dengan kehati-hatian. Salah satunya, dengan menggunakan teknologi AI secara bertanggungjawab agar tidak terjerumus ke dalam lingkaran tindak pidana.
“Meski sering dianggap sebagai mesin percepatan peradaban mulai dari efisiensi birokrasi sampai kreativitas tanpa batas, AI dapat mendorong kita ke dalam hal-hal negatif. Jadi jangan kita tidak berkembang dan justru masuk ke ranah kriminal,” jelasnya.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Kelembagaan, Mukhsin Jamil. Ia mengatakan bahwa jika AI tidak dimanfaatkan dengan baik, maka dapat membawa dampak buruk yang signifikan.
Baca Selengkapnya: 7 Tips Menjadi Jurnalis Kredibel di Era Digital Ala Reporter TVRI
“Kita bisa melihat di beberapa sekolah, terdapat kasus siswa ketika ditanya tiga dikali dua belas itu sudah sangat kesusahan padahal di umur segitu sudah tidak membahas penjumlahan lagi,” ujarnya.
Tak hanya itu, ia bahkan mengkorelasikan kekacauan yang mungkin timbul itu dengan film The World Of Stupid. Di mana, film tersebut memperlihatkan kekacauan dunia yang disebabkan banyaknya informasi instan, sehingga menurunkan proses kognitif otak manusia.
“Film itu memperlihatkan bahwa seseorang yang bisa menjawab delapan ditambah delapan adalah orang tercerdas di dunia. Kebanyakan orang di film tersebut lebih memilih berpikir secara instan sehingga membuat otak mereka stagnan,” ungkapnya.
Jamil berharap, mahasiswa maupun masyarakat dapat menyortir informasi dengan bijak, belajar mandiri menyelesaikan suatu masalah, serta gigih dalam mencari jawaban.
“Kita harus selektif dalam menerima informasi, jangan menelan mentah-mentah. Perbanyak bacaan dan belajar mandiri dalam menyelesaikan suatu masalah sehingga kita mampu meningkatkan problem solving yang kita punya,” pungkasnya. [Rep. lulu/ Red. Erly]
KOMENTAR