Semarang, IDEAPERS.COM - Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang menggelar shalat ghaib serta doa bersama sebagai bentuk duka cita atas peristiwa tragis meninggalnya enam mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang terseret arus sungai di Desa Getas, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal, pada Rabu (05/11/25).
Kegiatan yang berlangsung di area Landmark UIN Walisongo tersebut dihadiri oleh ratusan mahasiswa, jajaran pimpinan kampus, dan perwakilan lembaga kemahasiswaan.
Ketua DEMA UIN Walisongo, Muhammad Mu’tasim Billah mengatakan kegiatan itu dilakukan sebagai bentuk solidaritas dan penghormatan bagi rekan-rekan yang menjadi korban saat pengabdian di Desa Getas.
"Kegiatan ini kami laksanakan sebagai bentuk solidaritas dan penghormatan bagi kawan-kawan kami yang menjadi korban saat pengabdian di Desa Getas,” kata Tasim kepada LPM IDEA, Rabu (05/11/25).
Baca selengkapnya: Alami Penurunan, Ini Jumlah Peminat Prodi di FUHum 5 Tahun Terakhir
Terdapat serangkaian acara yang akan dilaksanakan. Yaitu sholat ghaib jenazah di depan landmark, hening cipta, kemudian dilanjut dengan ungkapan kesedihan dari teman terdekat korban.
"Disini saya bercerita, mungkin saya tidak terlalu dekat dengan korban akan tetapi melihat bagaimana proses evakuasi yang begitu mendalam dan juga kesedihan bagi kelompok KKN Desa Getas membuat saya terenyuh dan sampai tidak bisa berkata - kata lagi," kata Tasim dengan mata yang tampak sayu.
Sebagai bentuk penghormatan kepada para korban, dalam kegiatan itu juga dilakukan penyalaan lilin serta tabur bunga yang diikuti seluruh mahasiswa di depan foto korban. Di akhir kegiatan, Tasim mengajak seluruh peserta merapat dan melingkar untuk memanjatkan doa bersama.
"Tabur bunga dan penyalaan lilin ini juga sebagai bentuk penghormatan kepada korban serta diakhiri doa bersama untuk mendoakan," tuturnya.
Sementara itu koordinator lapangan acara Asad Hasanudin mengungkapkan makna simbolik dari kegiatan doa serta tabur bunga yaitu untuk mengenang para korban dan pengabdian yang telah mereka lakukan.
“Kegiatan ini juga menjadi bentuk solidaritas sesama mahasiswa UIN Walisongo, serta pengingat bahwa pengabdian enam korban tidak akan pernah sia-sia dan akan selalu dikenang,” ungkapnya.
Baca selengkapnya: 7 Tips Menjadi Jurnalis Kredibel di Era Digital Ala Reporter TVRI
Pihaknya juga mengusulkan kepada birokrasi UIN Walisongo untuk menjadikan momentum ini sebagai momen tahunan yang akan selalu dikenang.
“Untuk tahun depan, semoga bisa diadakan peringatan setiap tahun, saya berpesan kepada birokrasi kampus dan pengurus Dema selanjutnya agar tetap melanjutkan kegiatan ini,” ujarnya.
Ia berharap musibah ini menjadi pengingat bahwa semua akan kembali kepada Sang pencipta. Untuk itu ia berpesan agar selalu berhati-hati dalam hal apapun sebab tidak ada yang mengetahui kapan musibah itu akan datang.
"Semoga momentum ini bisa menjadi pengingat bahwa kita semua adalah makhluk ciptaan Tuhan. Segala kejadian tidak bisa diduga, jadi berhati-hati lah dalam bertindak karena hari sial tidak ada di Kalender," harapnya.
[Rep. Lulu/Red. Erly]

KOMENTAR