- Foto WS Rendra sedang membacakan puisinya (Foto istimewa) |
1. Chairil Anwar
Dikenal sebagai "Si Binatang Jalang," Chairil Anwar merupakan salah satu pelopor Angkatan '45. Karyanya penuh dengan semangat kebebasan dan keberanian, yang tercermin dalam puisi-puisi seperti "Aku" dan "Doa." Gaya bahasanya yang tegas dan penuh semangat menjadi ciri khas yang membedakannya dari penyair lain.
Chairil menjadi sastrawan Indonesia yang banyak dikenal dengan beragam puisinya yang penuh keberanian. Puisi-puisi Chairil seringkali didominasi oleh ekspresi perasaan pribadi yang sangat kuat, penggunaan kata ganti orang pertama tunggal "aku" yang intens menciptakan kesan bahwa puisi-puisinya adalah cerminan langsung dari pengalaman dan emosi pribadi penyair. Namun, karya-karya Chairil muncul dalam konteks sosial dan politik indonesia yang penuh gejolak. Sikap individualisnya bisa dilihat sebagai bentuk perlawanan terhadap kondisi sosial yang menekan. Salah satunya adalah puisi yang berjudul Aku.
Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
2. Sitor Situmorang
Pengalaman hidup Sitor Situmorang yang penuh gejolak, baik sebagai seorang pemuda yang tumbuh di masa penjajahan maupun sebagai seorang intelektual yang terlibat dalam berbagai gerakan sosial, hal ini sangat memengaruhi cara pandangnya terhadap kehidupan dan masyarakat.
Sitor Situmorang menjadi penyair serta penulis cerita pendek yang dikenal dengan gaya puitisnya yang melankolis, melalui puisi-puisinya Sitor mampu menyentuh hati pembaca dan mengajak mereka untuk merenungkan kehidupan. Puisinya yang berjudul "Malam Kelabu" dan cerpen-cerpennya menyentuh tema-tema kehidupan dengan nuansa reflektif.
Rumah
Laut dan darat tak dapat lagi didiami
Benahilah kamar di hatimu
Atau - mari diam dalam rumahku,
Bumi yang tak berumah satu
Atau - tahanlah sendiri
(Lama sudah)
Di rumahrumah sepi
Tiada laki
Lampu setia
Yang menunggui diri
Serta kursikursi
Dan jam di malam tua.
3. Sapardi Djoko Damono
Sapardi Djoko Damono atau yang sering dikenal Sapardi, ia seorang penyair yang dikenal dengan kehalusan bahasa dan peka terhadap kehidupan. Karya-karyanya seperti "Hujan Bulan Juni" dan "Perahu Kertas" menjadi sangat populer karena kemampuannya mengungkapkan perasaan dengan cara yang sederhana namun mendalam dan tak terbantahkan.
Kehalusan bahasa, tema universal, kemampuan beradaptasi, gaya bahasa yang unik, dan pengaruh budaya menjadi beberapa faktor membuat puisi Sapardi begitu istimewa dan mampu menyesuaikan diri dengan dinamika sosial. Hal inilah yang membuatnya menjadi salah satu sastrawan Indonesia yang paling dikagumi dan diingat sepanjang masa. Karya dari Sapardi yang terkenal yakni puisi berjudul Aku Ingin, Hujan Bulan Juni, Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari Nanti dan lainnya.
Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
4. Rendra (WS Rendra)
Seorang penyair dan dramawan yang dikenal dengan gaya teatrikal dan pesannya yang kritis terhadap sosial-politik. WS Rendra, yang juga dijuluki "Burung Merak" ia memiliki karya seperti "Bersatulah Pelacur-Pelacur Jakarta" dan "Sajak-Sajak Sepatu Tua" yang menggambarkan ketidakadilan sosial dan gejolak politik dirasakan masyarakat.
Bersatulah Pelacur-Pelacur Jakarta
Bersatulah, pelacur-pelacur Jakarta!
Bersatulah karena kalian tidak punya pilihan lain.
Karena upah minimum bagi buruh tak menjamin kehidupan
Sementara harga barang-barang pokok melonjak tinggi
Dan korupsi merajalela.
Bersatulah, pelacur-pelacur Jakarta!
Karena cinta telah mati di kota ini.
Karena perkawinan adalah perjuangan kelas
Dan perceraian adalah upaya revolusioner.
Karena cinta adalah impian yang sudah tidak dipedulikan lagi.
Bersatulah, pelacur-pelacur Jakarta!
Karena kalian adalah korban penindasan dan ketidakadilan.
Karena kalian adalah simbol dari kemunafikan dan keruntuhan moral.
Karena kalian adalah wajah dari sebuah masyarakat yang sakit.
Bersatulah, pelacur-pelacur Jakarta!
Karena kalian adalah cermin dari kegagalan sebuah bangsa.
Karena kalian adalah bayang-bayang dari kejatuhan sebuah kota.
Karena kalian adalah suara dari keputusasaan dan kemarahan.
Bersatulah, pelacur-pelacur Jakarta!
Karena kebersamaan adalah kekuatan.
Karena perlawanan adalah keberanian.
Karena keadilan adalah hak kita semua.
5. Taufiq Ismail
Taufiq Ismail dikenal sebagai penyair nasionalis. Dalam banyak puisinya yang mengangkat tema cinta tanah air, perjuangan bangsa, dan semangat kebangsaan. Bahkan, dirinya juga kerap menyuarakan isu-isu sosial seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan penindasan.
Taufiq Ismail menjadi seorang penyair yang dikenal sebagai aktivis sosial. Puisi-puisinya banyak mengangkat tema-tema religius dan sosial, seperti terlihat dalam kumpulan puisinya "Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia" yang memberikan kritik terhadap kondisi bangsa pada saat itu.
Aku malu jadi orang Indonesia
Aku malu karena di negeriku korupsi merajalela
Aku malu karena di negeriku hukum bisa dibeli
Aku malu karena di negeriku keadilan hanya untuk yang kuat
Aku malu karena di negeriku pendidikan dan kesehatan tidak merata
Aku malu karena di negeriku orang miskin semakin miskin
Aku malu karena di negeriku orang kaya semakin kaya
Aku malu jadi orang Indonesia
Aku malu karena di negeriku alam dirusak demi keuntungan pribadi
Aku malu karena di negeriku budaya dijual murah
Aku malu karena di negeriku banyak pemimpin tidak bermoral
Aku malu karena di negeriku masih banyak orang yang buta huruf
Aku malu karena di negeriku masih banyak orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
Aku malu jadi orang Indonesia
Tapi aku tetap mencintai negeriku
Karena aku tahu di negeriku masih banyak orang baik
Karena aku tahu di negeriku masih ada harapan
Karena aku tahu di negeriku masih bisa berubah
Karena aku tahu di negeriku masih ada yang mau berjuang
Untuk keadilan, untuk kemanusiaan, untuk kebenaran
Aku malu jadi orang Indonesia
Tapi aku tidak akan berhenti berjuang
Karena aku percaya, suatu saat nanti
Negeriku akan berubah menjadi lebih baik
Menjadi negeri yang bisa dibanggakan
Menjadi negeri yang adil dan makmur
Menjadi negeri yang damai dan sejahtera
Aku malu jadi orang Indonesia
Tapi aku tidak akan menyerah
Aku akan terus berjuang
Demi masa depan negeriku
Demi generasi penerus bangsa
Demi Indonesia yang lebih baik
[Andra Yudistira]
KOMENTAR