Ilustrasi seorang hendak berkurban (Doc. ideapers.com) |
Mulai dari mempersiapkan bahan pangan dengan jumlah yang lebih banyak dari biasanya atau membeli barang yang biasanya menjadi suguhan saat merayakan Idul adha bersama keluarga besar. Hal ini membawa masyarakat pada peningkatan perbelanjaan menjelang hari raya.
Misalnya melansir Portaljtv.com menyebutkan, kebutuhan pangan masyarakat pada bulan Mei tahun 2020 yang mencapai 7,49% menjelang idul adha dan Idul Fitri. Angka prosentase ini menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya mencapai sekitar 63%.
Dilansir, bisnis.tempo menurut Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda menilai meskipun pada tahun ini di prediksi tidak mengalami peningkatan kebutuhan secara signifikan namun konsumsi masyarakat akan tetap berbeda dengan jumlah konsumsi keseharian.
Ibadah Kurban dari Segi Ekologi
Selain peningkatan kebutuhan konsumsi masyarakat menjelang lebaran haji, kebutuhan akan barang untuk menunjang prosesi penyembelihan hewan kurban juga mengalami peningkatan. Misalnya saja kebutuhan kantong plastik yang meningkat untuk membungkus daging kurban sebelum dibagikan.
Penggunaan kantong plastik dinilai lebih simpel dan efisien saat membagikan daging kurban ke masyarakat. Alhasil alasan ini menyebabkan peningkatan sampah plastik yang tidak ramah lingkungan semakin meningkat. Tentunya hal ini tidak boleh luput dari perhatian kita.
Pertimbangan yang tepat terkait pemanfaatan kantong plastik sangat diperlukan semata-mata untuk mencegah peningkatan emisi karbon dan pencemaran lingkungan yang kian merusak ekosistem lingkungan. Terlebih lagi jika kita melihat bagaimana kondisi lingkungan sekarang yang sudah semakin sesak dengan emisi karbon dan berkurangnya kualitas air minum akibat kerusakan ekosistem lingkungan.
Idul Adha dan Esensi Ketakwaan
Idul Adha merupakan peringatan atas peristiwa penyembelihan Nabi Ismail AS oleh ayahnya Nabi Ibrahim AS. Tragedi ini terjadi usai Nabi Ibrahim mendapat perintah untuk menyembelih anaknya melalui mimpinya. Perintah ini sebagai ujian atas ketakwaan nabi Ibrahim kepada Allah SWT.
Kisah ini yang kemudian diceritakan secara turun-temurun oleh umat muslim untuk diteladani. Sebagai seorang umat manusia tentunya kita akan senantiasa dihadapkan dengan segala macam bentuk ujian. Entah itu dalam bentuk kenikmatan maupun kepedihan, ujian ini yang akan menjadi tolak ukur ketaqwaan seorang hamba.
Namun bentuk ketaqwaan disini tidak berhenti pada hubungan antara manusia dengan Tuhan atau Hablu minnallah semata. Bentuk ketaqwaan ini juga bisa dicerminkan melalui bagaimana manusia memperlakukan makhluk lain atau yang kita kenal sebagai Hablu minnannas. Menukil dari ayat pertama Surat At-Takatsur yang artinya bermegah-megahan telah melalaikan kamu.
Ayat tersebut seolah menggambarkan bagaimana masyarakat memaknai Idul Adha sebatas hari besar keagamaan yang harus dirayakan dengan cara yang meriah. Tentunya pemahaman ini menggeser makna Idul Adha. Di mana seharusnya dimomen ini kita bisa lebih mendekatkan diri kepada tuhan.
[Zaqia Ulfa]
KOMENTAR