Ilustrasi dua anak tersenyum setelah diberikan hadiah oleh Sinterklas (Foto: iStock) |
Setiap perayaan Natal, kita diingatkan oleh kehadiran sosok kecil yang identitasnya selalu dirahasiakan dan berpenampilan tertutup kecuali matanya. Sosoknya memiliki inisiatif untuk menembar kebahagiaan kepada orang-orang sebelum perayaan Natal dimulai. Ia seringkali membagikan kado-kado di bahwa pohon cemara, konon dengan menggunakan kereta yang ditarik sembilan rusa yang bisa terbang di udara.
Ia adalah Sinterklas, sosok yang selalu menjadi pertanyaan besar tentang siapa dia? apakah ada di dunia nyata? Sebagai sosok yang dikenal imaginatif, nampaknya perlu ditelusuri kembali sejarah kehidupanya.
Sinterklas merupakan sosok orang tua bernama St. Nicholas yang berasal dari Myra. Dari kecil ia dikenal sebagai anak yang relegius dan mengabdikan dirinya secara utuh sebagai umat kristen. Pada abad keempat, St. Nicholas dianggap sebagai seorang uskup di salah satu kota Romawi.
Kemurahan hati St. Nicholas dinilai oleh orang miskin dan mereka yang hidup tidak bahagia sebagai mukjizat. Sosok sinterklas juga dianggap sebagai perantara yang bisa mengabulkan keinginan orang-orang. Maka tak heran jika kedatanganya memberikan sebuah kemukjizatan kepada banyak orang.
Dalam sejarahnya, keberadaan Sinterklas juga sempat menjadi pergolakan. Pada abad ke-17, masyarakat New York menganggap Sinterklas sosok yang memiliki wujud asli. Sosok tersebut memasuki rumah setiap warga melalui cerobong asap untuk meninggalkan seutas hadiah kepada anak-anak kecil mulai malam 6 Desember.
Hal tersebut membuat banyak masyarakat percaya bahwa Sinterklas memang wujud asli dari pemitosan selama berabad-abad. Masyarakat Amerika Serikat pun mempercayai bahwa sosok Sinterklas memiliki karakteristik berjanggut tebal warna putih dengan memakai topi merah.
Pasca Kematian Sinterklas
Pasca kematian St. Nicholas kisah-kisah Sinterklas berkembang luas dan bercampur dengan tradisi sejarah di tempat lain. Di mana kisah tersebut menjadi bumbu kisah kehidupan Sinterklas yang melegenda.
Namun, sekitar abad ke-20 banyak pakar sejarah bertekad untuk melepaskan kisah-kisah Sinterklas dari kebudayaan umat Kristen. Pasalnya banyak yang tidak bisa mendeteksi sejarah keberadaan Sinterklas, sehingga eksistensinya diragukan.
Selian itu, Sinterklas pun tidak meninggalkan jejak yang bisa dilihat maupun diteliti oleh pakar sejarah. Sehingga Sinterklas tidak lagi dibicarakan dalam teks kontemporer manapun.
Meski Sinterklas tidak meninggalkan jejak yang dapat ditelusuri keaslianya, dalam artikel Britannica sempat mengulas sosok Sinterklas. Bahwasannya biografi Sinterklas baru ditulis 300 tahun pasca kematianya.
Di sisi lain, ada juga beberapa sejarawan yang mengakui adanya Sinterklas. Meskipun tidak ada jejak sejarah yang bisa ditelusuri, tapi kehadiranya banyak dirasakan oleh banyak masyarakat terdahulu.
Masyarakat yang mempercayai kuat adanya Sinterklas, sebagai buktinya cukup dari pembangunan Gereja yang didedikasikan kepada Sinterklas pada abad pertengahan.
Bagaimanapun sejarah bercerita tentang Sinterklas, sosoknya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Bahkan dalam tradisi umat Kristen, Sinterklas masih dipercaya sebagai sosok penyelamat dan penebar kebahagiaan saat perayaan Natal. [Yogi Zidan]
KOMENTAR