Penampilan Naskah Lkon Bertajuk 'Koran' Oleh UKM Metafisis di Auditorium I Kampus 1, pada Kamis (07/09/23) |
Semarang, IDEAPERS.COM - Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Metafisis UIN Walisongo Semarang sukses mengadakan pentas naskah lakon 'Koran' yang mengangkat isu efek domino dari keganasan pemberitaan media, di Auditorium I Kampus 1, pada Kamis (07/09/23).
Sutradara Koran, Asyharul Ikhsan mengatakan pementasan teater kali ini mengangkat isu efek pemberitaan media yang lekat sebagai media informasi masyarakat.
"Medianya sebagai penyebar informasi (Koran), sebagai pemelintir informasi atau apapun terkait dengan media, dominasi media, terus apa efek-efek yang disebabkan oleh media. Katakanlah efek domino seperti itu," ujar Icun, sapaan akrabnya, kepada Kru IDEAPERS.COM.
Isu keganasan media, kata dia, digambarkan melalui tokoh Sanah yang memiliki berbagai nasib yang cukup malang, mulai dari anaknya yang tidak normal, suami yang kasar, penggusuran warungnya, hingga dituduh selingkuh .
Dalam pementasan Koran, dikisahnya Sanah sebagai warga kelas menengah bawah yang menopang kehidupannya dengan berjualan di warung gubuk miliknya.
Konflik dimulai ketika koran memberitakan wilayah penggusuran proyek, termasuk warung Sanah, di waktu yang sama dia pun dikabarkan sebagai selingkuhan pelanggan tetap warungnya, mbah Raken.
Dalam konteks Domino efek, jelas Icun, media berperan dalam menyoroti (framing) pemberitaan sensasi dibalik kasus yang lebih besar, dalam hal ini berita perselingkuhan dibalik penggusuran wilayah.
Baca Juga : Tembus 250 Penonton, Pentas Produksi 'Koran' Teater Metafisis Angkat Isu Efek Media
Lebih lanjut, kata dia, tokoh Sanah tidak menangkap pembacaan media tersebut. Sehingga, lanjut Icun, kesalahan tidak sepenuhnya tentang siapa korban dan pelaku.
"Kita seringkali salah paham terkait dengan penyebaran informasi (pemberitaan). Entah itu salah dari kita, masyarakat sendiri atau memang dari medianya itu," jelasnya.
Di sisi lain, mahasiswi Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IAT), Irfa Yuhanida Cahyati sebagai pemeran tokoh Sanah. Menjadi seorang Ibu, kata Irfa, menjadi tantangan tersendiri untuk mendalami karakter Sanah.
"Sanah itu kan mungkin enggak terlalu beda kalau sifat aslinya (Irfa), kayak sanah kan harusnya dia ceria terlihat seperti waktu dia nyanyi gitu kan suka menyanyi. Mungkin yang membedakan itu dia itu udah menikah aku belum," ungkapnya kepada Kru LPM IDEA.
Sebelumnya, ia tidak menyangka ditunjuk sebagai pemeran tokoh Sanah lantaran mulanya Irfa berperan sebagai ilustrasi musik dalam pementasan ini.
Karena masalah internal, lanjut Irfa, ia baru ditunjuk menggantikan pemeran Sanah menjelang satu setengah bulan tenggat pementasan.
"Banyak banget kalau kendala, dari awal mula dari yang nggak pede terus masalah masukkan emosi, masalah intonasi, artikulasi semua. Tapi alhamdulillah saya bisa melewatinya karena banyak support dari teman-teman, dari alumni, dari senior," terang mahasiswi semester 5 ini.
Saat di panggung pun, Irfan mengaku sempat ceroboh, tepatnya ketika jari telunjuk kananya tak sengaja tergores di adegan mengiris bawang.
"Tapi kan nggak kerasa sih, soale lagi fokus akting. Saking kebawa emosi sampai kena pisau tangane," pungkasnya.[Rep. Rifky Adi/Red. Riska]
KOMENTAR