![]() |
Dok.Istimewa |
Menyalahkan adalah pembelaan. Seseorang cenderung memuji pekerjaan dirinya jika sesuatu itu berjalan dengan baik, namun menyalahkan keadaan jika hal itu berjalan buruk.
Misalnya, ketika kita mengikuti ujian tulis kemudian lulus dan berhasil dengan nilai tinggi, kita akan menjadikan alasan internal seperti membanggakan diri dan berkata bahwa itu adalah hasil kerja keras. Namun, ketika gagal, mungkin akan muncul alasan eksternal seperti, buku saya hilang, cuaca membuat saya kurang sehat, dan lainnya. Selain menyalahkan keadaan, orang biasa menyalahkan orang lain untuk mengalihkan kesalahan.
Menyalahkan orang lain dapat menyelamatkan diri sendiri dengan tidak mengakui kesalahan atau kekurangan yang dialami. Seperti halnya jika seseorang berkata "Saya tidak akan memukulnya, jika dia tidak mengatakan hal buruk kepada saya", atau ketika seseorang melakukan kesalahan lain, "Jika dia tidak menyebalkan, saya tidak akan membentaknya".
Fenomena itu disebut self bias atau bias mementingkan diri sendiri. Seseorang yang mementingkan dirinya sendiri akan lebih sering menyalahkan orang lain untuk menyembunyikan rasa bersalahnya agar merasa lebih baik. Seseorang juga menyalahkan orang lain untuk mempertahankan statusnya. Dengan menyalahkan orang lain, dia akan mendapati posisi lebih unggul dan akan memiliki citra yang lebih baik. Perbuatan ini biasanya dilakukan untuk melindungi egonya pribadi.
Baca Juga : Carl Jung dan Kedewasaan Anak Laki Laki
Dalam kondisi tertentu, seseorang yang menyalahkan orang lain sedang merasa tertekan dan merasa bersalah. Menyalahkan orang lain menjadi alternatif untuk melepaskan emosional yang dirasakannya.
Akibat Suka Menyalahkan Orang Lain
Kabar buruknya ialah, seseorang yang biasa menyelamatkan dirinya atas rasa bersalah dengan menyalahkan orang lain dapat menimbulkan konsekuensi jangka panjang dalam pertumbuhan kepribadiannya. Seseorang yang suka menyalahkan akan selalu memaklumi sifatnya dan tidak ingin berubah. Dia hanya akan menghabiskan waktu untuk membela dirinya, bukan untuk belajar dan tumbuh dari kesalahan.
Menyalahkan orang lain berarti menghindari tanggung jawab diri sendiri. Seseorang tidak akan jujur soal kondisi dan perasaannya, dia juga tidak akan mendengarkan perasaan orang lain. Pada kondisi ini, dia juga akan menghindari proses komunikasi yang kuat dengan orang lain dan akan sulit mengembangkan empatinya dengan orang lain.
Apalagi, sikap menyalahkan itu bisa menular. Artinya, jika kita menghindari tanggung jawab dengan menyalahkan orang lain ketika di sekolah, tempat kerja maupun rumah, maka orang di sekitar kita bisa saja mengikuti itu. Namun, dampak negatif lainnya ialah orang lain juga bisa memandang buruk kepribadian kita ketika menyalahkan orang lain. Seorang pakar kesehatan mental Andrea M. Darcy mengemukakan, semakin seseorang menyalahkan, semakin berkurang juga harga dirinya.
Lalu bagaimana kita berhenti dalam permainan menyalahkan ini? Seseorang bisa berhenti menyalahkan orang lain ketika dirinya dapat mengelola tanggung jawabnya. Selain itu, seseorang juga perlu mengubah cara pandangnya tentang kesalahan. Kesalahan bukan hal yang selamanya buruk, dari sana kita bisa belajar untuk menjadi lebih baik. Dengan mengakui tanggung jawab atas kesalahan yang diperbuat, seseorang dapat mengubah sudut pandang menjadi lebih luas tanpa harus menyalahkan orang lain atas kesalahan tersebut.
Kegagalan justru dapat dijadikan peluang untuk perbaikan diri, maka lebih baik kita mengevaluasi diri alih alih menyalahkan orang lain atas kesalahan yang muncul. [Kiki]
KOMENTAR