![]() | |
Najwa Shihab, Jurnalis Indonesia, saat memberikan orasi ilmiah pada acara PBAK 2023, di Lapangan Utama UIN Walisongo Semarang, pada Jum'at, (04/08/23) (Dok. Ideapers.com) |
Menurutnya, mahasiswa menjadi salah satu pemuda yang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin bangsa. Sehingga, kata Najwa, menjadi mahasiswa merupakan sebuah privilege.
"Setelah lulus Mahasiswa bukan hanya pencari kerja namun menjadi Pemimpin Bangsa. Pemimpin Bangsa tidak lahir hanya berdiam diri di kelas, namun mereka yang berani mencari tahu, berani bersikap dan berpihak pada publik dan republik," ungkapnnya di panggung Lapangan utama, Kampus III UIN Walisongo, pada Jumat (04/08/23).
Privilege itu, katanya, mengindikasikan bahwa sebanyak 4.682 mahasiswa baru dihadapannya merupakan orang-orang pilihan dan memiliki banyak kesempatan dalam menuntut ilmu.
"Tidak semua orang dapat kesempatan untuk berkuliah, belajar, berjejaring, berinteraksi, bertemu banyak orang, dan beragam kawanan," ujarnya.
Baca Juga: Ikuti PBAK 2023, Maba dan Dosen Antusias dengan Kehadiran Najwa Shihab
Lebih lanjut, ia mengibaratkan mahasiswa kuliah seperti membeli situasi yang bisa menjadi pendorong untuk terus belajar.
"Pengalaman yang kalian dapatkan, memori yang akan kalian jalin, jejaring yang akan kalian bentuk, skill yang dilatih, pemahaman yang kalian raih. Itu kuliah," jelasnya.
Meski demikian, ia menyebutkan privilege mahasiswa harus dibarengi dengan tanggungjawab yang sepadan, salah satunya terwujudnya impian orang tua.
"Ada privilege, ada tanggung jawab dan harus ada kemampuan membuktikan diri dan mewujudkan mimpi orang tua kalian," ucapnya.
Biaya Pendidikan di Indonesia Relatif Mahal
Selain itu, Najwa Shihab menyinggung mengenai biaya pendidikan di Indonesia yang relatif mahal. Ia menyebutkan hanya 35 persen siswa SMA di Indonesia yang merasakan jenjang perkuliahan.
Pasalnya, terang dia, rata-rata tanggungan orang tua untuk meluluskan anaknya sarjana membutuhkan biaya sebesar 140 hingga 150 juta. Hal itu ia ucapkan berdasarkan hasil penelitian oleh litbang kompas pada 2022 lalu.
"Pendidikan di negeri ini masih mahal, dengan subsidi atau tidak subsidi langsung dari negara mahal kalau mau lulus sarjana di negeri ini, itu fakta," ungkap pendiri Narasi TV itu. [Rep. Riska/Red. Gita]
KOMENTAR