Syifa Urrachmi Nurul Alfi, wisudawan terbaik jurusan IAT UIN Walisongo Semarang Periode Mei 2023 pada, Selasa (23/05/23) (Dok. Pribadi). |
Semarang, IDEAPERS.COM - Mahasiswa jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Hadist (IAT), Fakultas Ushuluddin Program Khusus (FUPK), Syifa Urrachmi Nurul Alfi, mengaku dirinya sempat mengalami kesulitan untuk mendapat referensi dalam pembuatan skripsinya.
Sebagai informasi, FUPK merupakan program khusus di kelas jurusan IAT yang mewajibkan mahasiswanya untuk menulis skripsi dengan bahasa Arab atau Inggris.
Syifa mengatakan pernah mengganti judul pertamanya lantaran kesulitan mendapatkan referensi. Padahal, kata dia, dirinya sudah menyelesaikan BAB I di skripsinya.
"Awalnya judulnya bukan ini, pada November atau Desember, aku menganti judul," ujar wisudawan asal Pangandaran itu saat ditemui kru IDEAPERS.COM, Selasa (23/05/23).
"Aku ganti judul padahal udah selesai Bab satu, karena pas aku merasa apa ya referensi kurang, aku nyari lagi, nyari referensi lagi," sambung Syifa.
Mahasiswa asal Pangandaran, Jawa Barat itu mengatakan dirinya mengambil objek penelitian kitab tafsir dengan bahasa asal daerahnya, yakni kitab Lenyepaneun karya Moh. E. Hasim.
Adapun judul skripsi yang mendapatkan label terbaik itu, yakni "Vernacularization In Sundanese Interpretation (Study of Ayat Suci Lenyepaneun' Moh. E. Hasim on Ali Imran)".
Syifa menceritakan kendala yang dialaminya dalam mencari referensi, pasalnya buku yang membahas terkait vernakularisasi itu masih sangat jarang bahkan sulit ditemukan. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengambil referensi tesis yang ditulis oleh mahasiswa UIN Sunan Kalijaga (Suka), Yogyakarta.
"Buku-buku yang soal vernakularisasi itu susah banget ya. Sampe sekarang belum ketemu. Terus aku berpacu sama tesis di UIN Suka gitu karena vernakularisasi," ucap Syifa.
Lebih lanjut, Syifa menceritakan bahwa tesis yang ingin ia ambil sebagai referensi tidak di unggah secara lengkap di media online lantaran akan dijadikan buku. Hal itu, membuat Syifa mengambil keputusan untuk menghubungi langsung penulis tesis tersebut dengan nomor yang terlampir.
"Pas aku nyari kan kalau (Tesis) di UIN Suka itu yang diupload cuma bab 1 sama bab 5 doang. Jadi isinya enggak ada, tapi di situ di Curriculum vitae, ada nomornya terus akhirnya aku hubungi beliau, dan ternyata tesis itu mau dijadiin buku," papar Syifa.
Untuk mendapatkan referensi itu, Syifa mengirim pesan kepada penulis untuk dikirimkan isi bab 4 dari tesisnya. Hingga pada Januari, ia baru bisa melanjutkan tugas akhirnya usai mendapat balasan dari penulis.
"Aku minta di spill bab 4 aja gitu loh buat jadi acuan aku gitu. Akhirnya mbak nya ngirimin ke aku," ucap dia.
"Pas dari bulan Januari mbak nya udah ngirim yang bab 4 nya gitu," sambung Syifa.
Selanjutnya Syifa mengungkapkan tugas akhir itu juga berhasil rampung di bulan Januari usai ia mendapatkan kiriman bab 4 dari penulis tesis.
Kata dia, pengerjaan skripsi memakan waktu selama tiga bulan, yakni Bab I di bulan November, kemudian Bab II di bulan Desember, lalu Bab III, IV, dan V di bulan Januari. Dia mengaku menyelesaikan tugas akhir itu agar segera sidang sehingga tidak akan membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) kembali.
"Jadi 2 Bab itu kayaknya 2 bulanan (November dan Desember) terus yang 3 4 5 penyelesaian di bulan Januari pas libur semester lalu ngebut," tutur dia.
"Biar ga nambah UKT lagi," imbuhnya.
Selain itu, Syifa mengatakan sidang munaqosah dilaksanakan pada bulan Maret 2023. Sebelum itu, Syifa yang notabenenya adalah mahasiswa FUPK, dia harus menyelesaikan hafalannya sebanyak 4 juz dan 100 hadis.
Baca Juga : Raih IPK 3,95 Dhini Jadi Wisudawan Terbaik UIN Walisongo 2023
"Pokoknya Maret soalnya kalau di PK kan ada Persyaratan setoran 4 jus quran sama seratus hadis jadi aku ngejar setoran dulu," papar dia.
Lebih lanjut, Syifa juga mengungkapkan dia harus membagi waktu untuk mengerjakan skripsi dengan kegiatan pondoknya.
Dia membeberkan caranya dalam memanajemen waktu antara dua kegiatan yang dia jalankan itu. Syifa mengaku dirinya meluangkan waktu selama tiga samapai empat jam setiap harinya untuk fokus mengerjakan skripsi.
"Aku tipe orang yang enggak bisa begadang, jadi kalau malam memang susah banget buat aku ngerjain sesuatu. Jadi aku kalo ngerjain (skripsi) di siang hari," jelas Syifa.
"Kayak paling, misal aku ngerjainnya dari 9:00 WIB sampai 12:00 WIB atau itu benar benar harus fokus fokus ngerjain nanti abis itu aku nggak ngerjain lagi. Tapi tiap hari harus ya minimal 3 sampai 4 jam itu khusus buat ngerjain doang," katanya menjelaskan.
Baca Juga : Capai Omset Hingga Rp 2 Juta, Mahasiswi Ini Manfaatkan Momen Wisuda Dengan Berjualan Buket
Dia menyatakan alasannya mempercepat penggarapan skripsi tersebut, yakni untuk menghindari pembayaran UKT di semester delapan. Pertimbangan itu, kata Syifa, karena kondisi sang ayah yang sudah mendekati masa pensiun.
"UKT yang terlalu tinggi juga. Kasian sama orang tua kalau harus bayar UKT setiap tahun, terus terus bapak juga udah mau pensiun ya harus cepet lulus," ujar dia.
Ketika ditanya rencana ke depan usai kelulusan ini, Syifa mengatakan dirinya akan kembali ke daerah asalnya. Dia juga menyampaikan ingin mengajar untuk sementara dan akan mencoba mencari beasiswa S2.
"Ya mungkin mau pulang dulu. Nanti gimana ya aku paling mau nyoba-nyoba aja daftar kerja atau nyari beasiswa tapi belum tau lebih tepatnya dimana," pungkas Syifa. [Rep. Zaqia/Red. Dian]
KOMENTAR