![]() |
Doc: Istimewa |
Semarang, IDEAPERS.COM - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo resmi mengukuhkan Hasyim Muhammad sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pemikiran Islam. Hasyim mengkaji pidato ilmiah yang berjudul 'mengembalikan filsafat sebagai nalar keislaman' di auditorium II Kampus 3 pada, Rabu (15/3/23).
Hasyim menyampaikan alasannya mengambil judul tersebut. Menurutnya, intektual muslim zaman sekarang seharusnya menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kemanusiaan. Lebih lanjut, keilmuan Islam belakangan hanya berhenti mengurus masalah yang telah selesai di masa lalu. Seperti, perdebatan halal dan haram, serta perbedaan pendapat antara sesat dan tidak.
"Pemikiran keislaman itu-itu saja. Jadi tidak peduli isu-isu kemanusiaan yang baru, yang diurus malah urusan yang sudah selesai di masa lalu, seperti urusan aurat batasnya di mana, urusan salat. Itu sesungguhnya sudah selesai dulunya," ungkap Hasyim saat didatang Kru ideapers.com pada, Selasa (14/3/23).
Ia memberi contoh isu kemanusiaan yang harusnya diselesaikan intelektual muslim.
"Seperti tentang kesenjangan ekonomi, ketidakadilan hukum, kerusakkan lingkungan, banjir, rob, dan sebagainya, seharusnya itu menjadi kosentrasi bagi para pemikir muslim, jadi tidak lagi harus berdebat tentang sholat, tentang zikir, tentang ziarah," jelasnya.
Kaitannya dengan Filsafat, Hasyim mengingatkan urgensi para intektual muslim untuk lebih condong merespon problem kemanusiaan dengan basis nalar Islam.
"Hal-hal menyebabkan kesenjangan ekonomi harus dihukum sebagaimana ada dalam tradisi pada waktu itu, itu yang harus diurus. Mengembalikkan filsafat sebagai basis nalar Islam itu, ya mengembalikkan daya kritis para intelektual muslim untuk kemudian peduli terhadap problem kemanusiaan," ucapnya.
Dalam proses pembuatan kajian ini, Hasyim mengaku mengambil dari makalahnya saat menempuh magister pada tahun 1998. Ia menambahkan, terdapat pengembangan dan penajaman kembali untuk kajian ilmiahnya ini.
"Jadi ini bukan hal baru, karena penelitian saya yang baru tentang tafsir," ucapnya.
Terakhir, Hasyim mengungkapkan dalam perjalanan mencapai guru besar ini terkendala pada waktu dan tidak mempunyai tulisan jurnal ilmiah terindeks scopus yang kemudian menjadi penilaian guru besar.
"Ini termasuk terlambat, saya seharusnya profesor dari 10 tahun yang lalu," pungkasnya.[Rep. Riska/Red.Dian].
KOMENTAR