![]() |
Dokumentasi ideapers.com |
Semarang, IDEAPERS. COM - Dekan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Hasyim Muhammad menepis isu penghapusan Program Studi (Prodi) Studi Agama-agama (SAA). Hasyim menyebutkan Perkuliahan SAA lebih difokuskan pada studi resolusi konflik.
"Saya sudah 30 tahun bekerja, belum pernah dengar isu kaya gitu," ungkapnya saat diwawancarai Kru IDEAPERS.COM pada, Selasa (21/02/23).
Hasyim menuturkan, resolusi konflik sebagai fokus Prodi SAA merupakan hasil dari perubahan nama Prodi Perbandingan Agama (PA), Pergantian nama ini di latar belakangi oleh maraknya persoalan yang disebabkan perbedaan agama di beberapa wilayah di Indonesia.
"Fokus SAA pada resolusi konflik itu sudah lama. Pada 2007 kemudian terealisasikan di tahun 2012. Resolusi konflik dianggap lebih dibutuhkan dalam masyarakat dari pada materi yang hanya fokus di perbandingan agama," tuturnya..
Lebih lanjut, Hasyim menjelaskan persentase materi resolusi konflik dalam Prodi SAA disamping materi perbandingan agama dan materi wajib kampus.
"Materi konflik di SAA hanya 25% saja. Yang lain tetap materi yang lain. 60% fokus dari mata kuliah yang prodi dulu di perbandingan agama jadi tidak 60% keseluruhan dari semuanya," jelasnya.
Di sisi lain, Wakil Dekan Bagian Akademik FUHum, Sulaiman turut menyanggah isu penghapusan Prodi SAA. Menurutnya, isu ini hanyalah perubahan konsentrasi dari materi perbandingkan agama ke resolusi Konflik.
"Nanti resolusi konflik itu lebih banyak cuman nggak sampai 80%. Perkiraannya begitu," ucapnya ketika didatangi Kru IDEAPERS.COM pada, Jumat (17/02/23).
Lebih lanjut, Sulaiman menjelaskan bukan hal yang mudah untuk menghapus satu Prodi. Terlebih, UIN Walisongo sendiri tidak memiliki akses Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH).
"Kalau UIN sudah PTN BH ya gampang tutup prodi. Jadi menutup prodi itu susah, lebih gampang membuka prodi daripada menutup, gitu tidak gampang, " terangnya. [Rep. Zaqia/ Red. Riska]
KOMENTAR