Semarang, IDEAPERS.COM - Jurnalisme data menjadi salah satu media verifikasi yang penting. Ini dibutuhkan di tengah maraknya informasi dari konten medial sosial (Medsos).
Sebagaimana diungkapkan oleh Manajer Data Journalist katadata, Aria Wiratma Yudhistira. Kehadiran media sosial mempermudah seseorang untuk menyebarkan dan menerima informasi. Menurutnya, banyaknya konten di media sosial menjadi tantangan baru bagi jurnalis saat ini.
"Data semakin banyak, semakin terbuka. Kita (jurnalis) juga bersaing dengan banyak konten kreator. Misalnya kalau kita lihat ketika gempa cianjur, itu informasi lebih cepat juga diketahui lewat twitter atau media sosial," ujar dalam seminar "Pemanfaatan Jurnalisme Data Untuk Mengurangi Ujaran Kebencian Dan Intoleransi Di Pemilu 2024" pada Senin (30/01/23).
Lebih lanjut Aria menerangkan dengan semakin banyaknya data yang terbuka di internet atau big data membuat jurnalisme data dibutuhkan saat ini. Selain untuk memverifikasi informasi, dia mengatakan, data juga dapat digunakan untuk mengungkapkan fakta, mengurai kontroversi, hingga terhindar dari politisasi.
"Menurut saya, informasi bukan cuman ucapan atau pendapat masyarakat, influencer, atau pejabat aja. Tapi semua itu butuh konfirmasi atau verifikasi data lagi," ungkapnya.
Sebagaimana kasus yang diungkapkan oleh Aria bahwasannya Katadata pernah menyoroti berita dengan mengungkap fakta dibalik peristiwa dengan menggunakan data. Seperti tajuk berita "Kasus Lesti Kejora, Puncak Gunung Es Kekerasan pada Perempuan" atau "Mengapa Umur Perempuan Lebih Panjang daripada Laki-laki".
"Data bisa menggambarkan persoalan peristiwa yang lebih besar, seperti menceritakan peristiwa tersembunyi," tuturnya.
Selanjutnya Aria menjelaskan bagaimana cara membuat jurnalisme data. Kata Aria, dapat dimulai dengan memilih topik, kemudian menyiapkan tema tertentu, dan menyusun hipotesa serta pertanyaan.
"Cari tema, siapkan kerangka, baru cari data. Kerangka itu sangat menentukan, kalau kerangkanya jelek ya ga bisa lanjut. Harus dibenahi dulu," tuturnya.
Kemudian ia mengatakan, proses pencarian data saat ini bisa lebih mudah dengan memanfaatkan google. Ia mengungkapkan 90 persen data yang dicari, ia dapat dari google.
"Asal sabar dan tau kata kuncinya, pasti mudah sekali. Tapi tetep ketika kita dapat data, jangan langsung niru, wah seneng nih. Kita harus tetep skeptis. Harus tetep cari siapa yang mengumpulkan dan mengolah data ini," jelasnya. [Rep. Dian Ananda P/Red. Gita Fajriyani]
KOMENTAR