Semarang, IDEAPERS.COM - Mahasiswa jurusan Managemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Yanwar Pratama, berhasil mewakili Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang dalam Forum Nasional bertajuk Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Nasional (DIKLATPIMNAS) III, pada (5-7/12/22) di Surabaya.
Mahasiswa yang menjabat sebagai ketua umum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Walisongo English Club (WEC) ini mengaku banyak hal yang dilalui hingga berhasil berpartisipasi dalam forum Nasional ini. Salah satunya, kendala tidak support perangkat laptop yang dimilikinya hingga semester 7 perkuliahannya.
Forum DIKLATPIMNAS III mewajibkan untuk para delegasinya menulis Jurnal sesuai dengan tema yang ditentukan. Meskipun Yanwar terbatas fasilitas, laptop salah satunya tidak menyurutkan semangatnya untuk menyelesaikan persyaratan acara tersebut.
Pasalnya, Yanwar mendapat dukungan dari temannya dengan meminjaminya laptop. Ia pun bersyukur memiliki teman yang loyal sehingga ia dapat menyelesaikan jurnal dengan tema pendidikan yang ia pilih.
Berkat kegigihannya, seminggu kemudian Yanwar dinyatakan lolos sebagai perwakilan mahasiswa UIN Walisongo.
"Menurut aku ya kalau memang ada kemauan pasti ada jalan gitu. Jadi ya alhamdulillah juga langsung nanti pengumuman dan lolos gitu," ungkapnya.
Forum ini sendiri dihadiri oleh 73 aktivis pemimpin organisasi mahasiswa (ormawa) dari berbagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) di Indonesia, Yanwar sendiri mewakili Organisasi intra UKM yang ia ketuai.
Yanwar berujar, penyeleksian mahasiswa yang lolos forum ini langsung diuji oleh kementerian agama Republik Indonesia (Kemenag RI).
"Cuman ada satu tahap, kita juga ada pengiriman SK (Surat Keterangan) sesuai posisi masing-masing di kampus," ujarnya.
Selain terkendala fasilitas, yanwar juga mengaku tertinggal informasi untuk mendapatkan kesempatan fully Funded dalam berpartisipasi dalam Forum DIKLATPIMNAS III ini. Alasanya lantaran kurang sosialisasi informasi dari pihak kampus sendiri, sehingga ia memperoleh informasi justru dari luar kampus.
"Informasinya memang tertutup ya menurut aku, kalau untuk di dalem kampus sendiri. Karena jujur aku dapet informasi bukan dari internal kampus, tapi dari temen di IAIN Cirebon," terangnya.
Kemudian, ia sempat meminta konfirmasi mengenai informasi DIKLATPIMNAS Ke Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DEMA U) hingga Wakil Rektor (WR) 3, namun tidak juga mendapat respon.
"Sempet juga aku yang udah masuk pendaftaran atau surat dan lain lain, ternyata belum di respon sama sekali sampe hari ini, cuma di read aja begitu," keluhnya.
Yanwar mengungkapkan kekecewaannya kepada kampus yang kurang responsif dalam memberi dukungan terkait proses administrasi kegiatan mahasiswa di luar.
"Jadi ini support pun dari kampus kurang menurut aku ya, apalagi dari satu lembaga yang sama, DEMA U dan UKM gitu. Dan ini sangat-sangat disayangkan, justru kan delegasi itu kan orientasi nya buat naikin branding dan value nya kampus gitu, yang dilibatkan dari satu orang itu yang dikirim," tambahnya.
Akibat dari kurangnya sosialisasi informasi pendaftaran DIKLATPIMNAS, Yanwar menyayangkan tidak mendapat pembiayaan Fully Funded dan biaya harus ditanggung pihak kampus.
"Aku pribadi masuknya ke pembiayaan kampus, karena harus laporan. Setelah udah ada, pengumuman final siapa yang lolos untuk lanjut luring kita laporan ke pihak keuangan BLU Kampus. Ini memang sosialisasi informasi ini yang bermasalah gitu ya. Tapi akhirnya sudah ditanggapi, berakhir aman," ungkapnya.
Yanwar menyampaikan motivasi mengikuti DIKLATPIMNAS III, menurutnya event ini punya skala nasional berkelanjutan tiap tahunnya. Yanwar memberi contoh saat DIKLATPIMNAS II di tahun 2021 lalu yang dihadiri hampir 30 peserta, sekaligus menjadi presma di masing-masing kampus mereka.
"Jadi ada orientasi untuk nyetak pemimpin yang ada di kampus," ungkap ketua umum WEC ini.
Yanwar mengatakan kegiatan DIKLATPIMNAS III cukup padat, yakni pemberian materi dan Focus Group Discussion (FGD) dari pagi hingga jam 12 siang, selama tiga hari.
Selama diskusi, menurutnya materi prinsip-prinsip dalam moderasi beragama paling berkesan. Materi tersebut mengingatkan Yanwar kepada pengalamannya sebagai delegasi kampus dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Papua yang membawa tema besar Moderasi Beragama. Menurutnya, moderasi beragama di wilayah Papua tidak kalah jauh dengan pulau di Nusantara lainnya, mengingat status pendidikan sana yang menurutnya relatif minim.
"Kalau urusan pendidikan di wilayah sana memang terpuruk, tapi kalo soal moderasi beragama tidak kalah jauh dengan wilayah sumatera, kalimantan, sulawesi dan juga Jawa," jelasnya.
Menindaklanjuti pasca forum tersebut, Yanwar kini sedang dalam proses penggarapan buku ber-ISBN.
"Bukunya patokannya itu keputusan dari kementerian, terus difinalisasi, paling lambat mungkin tahun depan," pungkasnya. [Rep.Dian/Red.Riska]
KOMENTAR