![]() |
Royanulloh sedang memaparkan materi seminar di Ruang Teater (Doc. ideapers.com) |
Semarang, IDEAPERS.COM - Dosen Psikologi UIN Walisongo Semarang, Royanullah mengatakan dominasi kekuasaan rawan terjadi dalam kasus kekerasan seksual. Hal tersebut ia sampaikan dalam acara seminar pembukaan FUHum FEST 2022 yang bertemakan "Recovery Kesehatan Mental Korban Kekerasan Seksual" pada Senin (19/09/22).
Royan menjelaskan, polemik dominasi kekuasaan terkadang membuat para korban merasa lebih terancam dan takut jika ingin melaporkannya.
"Ketika seseorang menjadi subordinat maka mereka hanya akan diam saja, sedangkan mereka yang menjadi superordinat akan semakin memiliki keleluasaan", jelas Royan di Ruang Teater, Gedung Sosial dan Humaniora Kampus III.
Lebih lanjut, Royan mengatakan, identifikasi dominasi kekuasaan pada kasus kekerasan seksual bisa terjadi disemua lingkungan.
"Contohnya kalau di kampus dosen sama mahasiswa, di tempat kerja bos sama karyawan dan di luar juga banyak," ucapnya.
Selian itu, ia juga menjelaskan maraknya kasus kekerasan seksual yang terjadi saat ini, membuat gerakan penyelamatan juga semakin banyak. Kemudian ia mengatakan awareness menjadi hal yang penting dalam penanganan kasus kekerasan seksual terlebih pada civitas pendidikan.
"Seseorang yang memiliki kesejahteraan psikologis maka mereka akan merasa lapang, bisa mengekspresikan diri, safety (merasa aman) serta merasa berharga", tutur Royan.
Dalam ranah praktis, Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) PW Jateng, Siti Nyutiani menjelaskan, dalam penaganan kasus kekerasan seksual, LKKNU akan mendampingi dan membantu korban tidak berdasarkan pada peraturan melainkan menyesuaikan kebutuhan korban.
"Semua layanan yang ada di SPT PPA itu diberikan gratis, semuannya sudah ditanggung APBN", jelasnya kepada 40 peserta.
Kemudian Siti menceritakan pengalamannya dalam menangani kasus pelecehan yang dilakukan oleh seorang anak berusia lima tahun terhadap anak berusia tiga tahun. Menurutnya, pembentukan perilaku menyimpang ini sangat mungkin dipengaruhi oleh lingkungan.
"Biasannya dari kami untuk bisa membuat korban mau bicara lagi, diawali dengan mengajar mereka nongkrong. Hal ini untuk membangun trust baru kita masuk", jelas Siti pada sesi akhir acara. [Rep.Zaqia/Red.Gita]
KOMENTAR