Penulis : Gaddy Davis, John Rosenthal dan Tony Stone
Pemeran : Sharlto Copley
Durasi : 122 menit
“Teknologi modern adalah hal terburuk yang pernah terjadi di dunia, dan untuk mempromosikan kemajuannya sama saja dengan kriminal,” TED K.
Benarkah teknologi adalah kemajuan? Apakah teknologi benar-benar membantu kehidupan umat manusia?
Saat ini kita hidup dengan fasilitas kemapanan teknologi mulai dari internet, gawai dan lain sebagainya yang membuat kehidupan umat manusia menjadi lebih efektif dan efisien. Kemudian teknologi ini akan terus berevolusi menjadi lebih canggih seperti yang wacanakan pada era society 5.0.
Namun, dikursus kemajuan teknologi, tidak bisa dilepaskan dari perspektif pro dan kontra. Sebagian masyarakat menganggap teknologi sebagai sesuatu yang bernada negatif. Teknologi dinilai bertentangan dengan nilai etik, agama dan menimbulkan berbagai dampak bagi kesehatan, ekologis dan lain sebagainya.
Paradigma ini digambarkan sebagai personal Ted Kaczynski (Sharlto Copley), dalam film TED K garapan Sutradara Tony Stone. Film yang diadaptasi dari kisah nyata ini mengambil investigasi terorisme terpanjang Federal Bureau of Investigation (FBI) Ameriak Serikat dari tahun 1978-1995.Sejak 1971, Ted, seorang matematikawan dari Harvard University memilih menjalani kehidupan primitif di sebuah pondok terpencil dekat Lincoln, Montana. Hidup tanpa listrik, makan dengan berburu dan memanfaatkan segala yang ada di alam untuk bertahan hidup.
Selama menghayati kehidupan primitifnya di hutan, Ted menyaksikan kehancuran hutan belantara di sekitar kabinnya. Pohon ditebang untuk keperluan industri, langit abu-abu karena polusi dan air sungai menghitam karena tercemar limbah.
Hal ini semakin memperkuat perspektif Ted soal teknofobia. Teknologi adalah sebuah kehancuran planet bumi yang harus dihancurkan. Kemudian sepanjang hidupnya Ted menyusun rencana balas dendam untuk melawan perusakan alam.
Dimulai dengan merusak mobil salju tetangga, memutus kabel listrik, dan menghancurkan peralatan konstruksi di dekatnya. Kemudian Ted mengirimkan bom ke orang-orang penting yang dia yakini akan membahayakan masyarakat. Pemilik toko komputer Hugh Scrutton adalah orang pertama yang tewas akibat salah satu bomnya.
Aksi terorisme Ted ini kemudian mulai tercium dan dicurigai oleh agen FBI dan berhasil ditangkap pada tahun 1996. Ia di penjara di supermax di Florence, Colorado, karena membunuh tiga orang dan melukai dua puluh tiga lainnya.
Dari Heuristis hingga Ego
Membincang teknologi memang menjadi topik yang cukup debatable seperti salah satu perspektif yang tergambar dalam film TED K. Kalutnya diskursus tentang teknologi, dalam realitasnya tidak pernah menghentikan proses evolusi teknologi itu sendiri.
Film TED K menggambarkan tentang bagaimana manusia membaca dan mengambil keputusan dalam menyikapi kemajuan teknologi. Memilih untuk ikut berevolusi, menolak atau menghancurkan seperti yang dilakukan oleh Ted.
Membaca perjalanan perspektif Ted, terlihat begitu kental efek dominasi emosional dalam setiap keputusan yang dilakukan oleh Ted. Pilihan emosional Ted, didasari oleh adanya kecenderungan dalam membaca fenomena kemajuan teknologi yang hanya dari satu perspektif saja.
Ted terus mencari referensi dan melakukan dikursus untuk mengafirmasi argumennya tentang risiko teknologi. Tidak ada dialektika dari dua arah untuk membaca dari sisi kebermanfaatan teknologi. Di mana hal ini semakin memperkuat kecemasan dan kekhawatiran Ted tentang dampak teknologi terhadap kehidupan manusia.
Faktor inilah yang kemudian mendorong tindak kejahatan Ted. Namun seperti yang tergambar dalam akhir film, 10 tahun setelah penangkapan Ted hutan belantara yang ditinggalinya berubah menjadi perumahan elit dan mewah. Mengindikasikan tindakan yang dilakukan oleh Ted, tidak sesuai misinya, yakni menyelamatkan alam semesta.
Kontrol
Di era teknologi, manusia bukanlah sebuah objek melainkan subjek. Artinya dalam posisi ini manusia yang berperan dalam mengontrol penggunaan teknologi, bukan sebaliknya.
Ketika memposisikan manusia sebagai subjek, kecemasan dan ketakutan seperti yang dialami oleh Ted bahwa mesin menjadi semakin cerdas. Kemudian keputusan yang dibuat mesin akan lebih baik daripada manusia. Pada akhirnya, keputusan yang dibutuhkan untuk menjaga sistem alam semesta menjadi semakin rumit sehingga manusia sulit menjadikan dirinya cerdas. Hal ini dapat terhindari.
Ketika teknologi menjadi suatu yang tidak terhindarkan, manusia tetap bisa berjalan beriringan. Hal ini menujukan pentingnya pemahaman penuh tentang pengetahuan dalam berteknologi. Pengetahuan inilah yang nantinya akan digunakan manusia dalam membuat keputusan yang lebih bijak. [Gita Fajriyani]
KOMENTAR