Semarang, IDEAPERS.C0M - Sejak 14 Februari 2022, UIN Walisongo memberlakukan kuliah blended untuk semester genap tahun ajaran 2021/2022. Sistem dan pelaksanaannya yang sudah satu pekan berjalan ini, mendapatkan tanggapan dari dosen Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum).
Menurut Badrul Munir Chair, Dosen Aqidah dan Filsafat Islam (AFI), kuliah blended yang diterapkan UIN Walisongo dapat menunjang efektivitas kegiatan belajar-mengajar (KBM). Pasalnya beberapa mahasiswa boleh mengikuti kuliah offline di dalam kelas.
"Saya setuju dengan kebijakan kuliah blended, terutama bagi mahasiswa praktikum karena lebih leluasa dalam memberikan materi dan aktualisasinya," tuturnya ketika ditemui Kru IDEAPERS.COM, (23/02/22).
Tidak jauh berbeda, Luthfi Rahman, Dosen FUHum mengungkapkan bahwa perkuliahan offline bisa menjadi sarana untuk mengobati kerinduan dan kejenuhan mahasiswa selama dua tahun kuliah daring.
"Kalau dulu orang menjadikan smartphone sebagai refreshing, berbeda dengan sekarang yang menjadikan pertemuan offline sebaga refreshing setelah mengalami kejenuhan berhadapan dengan layar kotak (gawai: red)," ungkapnya.
Meskipun begitu, ia juga menanggapi terkait fasilitas kampus yang dirasa masih kurang memadai. Menurutnya, kendala yang ada bisa menghambat proses KBM.
"Kendala perkuliahan blended lebih di fasilitasnya. Seperti meja kotor, colokan tidak ada, serta LCD tidak berfungsi," tuturnya.
Selanjutnya, ia juga berpendapat bahwa sistem perkuliahan blended bisa menjadi sarana mahasiswa untuk mendapatkan hak setelah membayar kewajiban berupa Uang Kuliah Tunggal (UKT).
"Idealnya semua fasilitas kampus harus bisa dinikmati. Setidaknya mahasiswa benar-benar bisa menggunakan fasilitas kampus yang memang sudah menjadi hak karena kewajibannya sudah dipenuhi," jelas Luthfi. [Rep. Zaqia Ulfa/Red. Gita]
KOMENTAR