Optimisme dan ambisi menjadi salah satu dorongan dalam diri kita dalam mencapai sebuah tujuan hidup. Dimana dua hal ini seringkali menjadi dialog diri kita sendiri. Misalnya sebagai mahasiswa kita menginginkan untuk lulus tepat waktu. Hingga kita menanamkan kata-kata dalam diri kita "Saya Harus Lulus Tepat Waktu".
Melalui prinsip ini, kit akan membuat road map untuk bisa mencapai tujuan. Salah satunya akan rajin belajar dengan pergi ke perpustakaan, rutin membaca buku atau sering mengikuti seminar.
Penanaman kata "harus" menujukan kemauan keras dan juga kedisiplinan yang harus kita jalani dalam setiap prosesnya. Namun, bentuk "penekanan" seperti itu, tidak selamanya mengarah pada hasil yang terbaik.
2.500 tahun yang lalu, seorang filsuf asal Athena Plato, menangkap konflik batin dengan metaforanya tentang sebuah kereta yang ditarik oleh dua kuda yang sangat berbeda. Satu kuda adalah gairah dorongan internal kita dan yang lainnya adalah intelek rasional, pikiran moral kita.
Plato memahami kalau kita terus-menerus ditarik ke dua arah yang berlawanan oleh apa yang ingin kita lakukan dan apa yang kita tahu harus kita lakukan. Namun tugas kita, sebagai kusir, untuk menjinakkan dan membimbing kuda-kuda agar berakhir di tempat yang kita inginkan.
Melalui metaforanya Plato, dalam proses hidup kita akan dihadapkan oleh dua hal yang terkadang bertentangan. Misalnya jika kita diberi pilihan untuk mengerjakan makalah kuliah untuk benar benar mengerjakan atau hanya copy paste dari internet, kita akan memilih pilihan yang pertama. Namun jika diberikan tugas, banyak yang memilih copy paste.
Dalam kondisi seperti ini, kita dapat memposisikan tujuan kita berdasarkan apa yang ingin kita lakukan, sebagai lawan dari apa yang harus kita lakukan. Ketika kita mengubah motivasi kita dari "saya harus" menjadi "saya ingin", kita tidak perlu khawatir tentang bagian mana dari diri kita yang menang hasrat atau kecerdasan kita karena seluruh diri kita bekerja secara harmonis.
Pasalnya, "ingin" mencerminkan ketulusan dan nilai-nilai mengapa kita ingin melakukan hal tersebut. Tujuan yang dipilih berdasarkan kebebasan pribadi bukan karena tekanan atau paksaan. Dimana motivasi akan memungkinkan kita untuk membuat perubahan positif.
Memotivasi diri dengan kata "ingin" membuat diri kita menjadi lebih terbuka terhadap apa yang kita pilih. Kita mempertimbangan alasan setiap tujuan yang kita tetapkan dari hal dasar hingga gambaran kedepannya. Kita tetap memberikan ruang terhadap kemungkinan-kemungkinan yang lain dan belajar mengontrol diri kita.
Menemukan keinginan bukanlah tentang memaksakan pilihan tertentu, melainkan tentang membuat lebih mudah untuk memilih hal-hal yang mengarah pada kehidupan yang kita inginkan. [Riska Apriliza]
KOMENTAR