Abdul Halim mengatakan mahasiswa perlu mengubah paradigma tentang kesuksesan, di mana orientasi setelah lulus tidak terpaku pada nilai yang tinggi dan kemudian memilih mengadu nasib di kota.
"Saya meyakini hampir seluruh mahasiswa UIN Walisongo dari desa. Jangan terbesit untuk sukses bukan di desa, cepat kembali ke desa untuk membangun tanah air bersama di desa," ungkap Halim Senin (02/08/21).
Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu membangun karakter kepemimpinan kepada mahasiswa, menjadikan kampus sebagai ruang gerak dan pemberdayaan bagi para mahasiswa.
"Ini menjadi tantangan bagi UIN Walisongo untuk menyiapkan mahasiswanya yang siap kembali ke desa dan menyelipkan rasa cinta kepada kampung halaman," terangnya.
Selain itu, Abdul Halim juga mengajak mahasiwa untuk membangun kembali pemikiran bahwasanya kampus bukan sekadar tempat belajar teoritis saja. Melainkan arena untuk mengembangkan potensi diri dan menjadi ruang produktif untuk budaya akademik yang progresif.
"Manfaatkanlah segala yang ada di kampus, aktif berorganisasi, belajar leadership dan team work, aktif di UKM, asah skill dan keterampilan," jelasnya.
Kemudian ia mengatakan tanggung jawab mahaiswa maupun dosen tidak hanya dalam lingkup internal tetapi juga eskternal. Dimana hasil pembelajaran dan riset dari universitas menjadi refrensi bagi pemerintah, pelaku usaha, dan berbagai bidang lainnya.
"Outputnya bukan hanya dinanti orang tua, tapi juga dunia dan masyarakat," pungkas Abdul Halim. [Rep. Devia/ Red. Gita]
KOMENTAR