Mahasiswa UIN Walisongo tahun 2020 dan 2021, menjadi angkatan yang mengalami transisi besar. Akibat pandemi Covid-19 kegiatan akademik dialihkan secara daring. Karena kegiatan belajar mengajar dilakukan di rumah-masing-masing, banyak mahasiswa yang belum mengenal bahkan menginjakan kakinya di kampus.
Selain itu, selama dua tahun terakhir UIN Walisongo telah mengalami perubahan besar, salah satunya terkait pembangunan. Dimana banyak fakta terkait suasana maupun budaya UIN Walisongo yang tidak diketahui mahasiswa angkatan 2020 dan 2021, seperti berikut ini:
1. Kuliah Seperti Di Pesantren
UIN Walisongo Semarang menjadi satu-satunya universitas Islam negeri yang ada di Semarang. Kuliah di universitas Islam ini akan berbeda dengan kuliah di universitas umum. Baik dari segi mata kuliah, kultur ataupun suasana kampus.
Banyak mahasiswa UIN Walisongo lulusan dari pondok pesantren, belum lagi mata kuliah di perkuliahan banyak berbau agama. Hal ini membuat suasana religi di perkuliahan begitu kentara. Selain itu, tidak jarang kita melihat mahasiswa memakai sarung ataupun baju koko berseliweran di dalam kampus. Hal ini membuat suasana kuliah serasa di pondok pesantren.
Baca Juga: 6 Fakta Menarik Tentang Mahasiswa UIN Walisongo
2. Mahasiswa Akan Berhadapan dengan Toefel dan IMKA
Sebelum adanya perubahan sistem Toefel IMKA sebagai syarat mengambil ijazah, dulunya Teofel IMKA dijadikan sebagai salah syarat untuk melakukan sidang munaqosah atau skripsi. Jadi banyak mahasiswa terutama semester akhir berebut kursi tes Toefel IMKA.
Tidak jarang kasus Toefel IMKA ini menjadi salah satu penghambat mahasiswa UIN Walisongo untuk lulus tepat waktu. Kuota tes yang terbatas dan sistem yang seringkali error dan mahasiswa harus bersaing dengan seluruh mahasiswa UIN Walisongo untuk mendapat kursi tes. Bagimana mahasiswa semester akhir ini harus berebut kursi dengan mahasiswa baru.
3. Mahasiswa UIN Walisongo Dikenal dengan Macan Pantura "Demo"
Sudah menjadi rahasia umum, jika mahasiswa seringkali melakukan kritik kebijakan dengan cara aksi demonstrasi. Begitu pula dengan mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Beberapa kasus seperti polemik Uang Kuliah Tunggal (UKT), Toefel IMKA, melemahnya nilai rupiah, tolak kenaikan BBM dan sebagainya, membuat mahasiswa UIN Walisongo harus turun ke jalan.
Selama melakukan aksi demonstrasi ini, tak jarang kasus mahasiswa UIN Walisongo hingga harus memblokade jalan pantura. Kegemaran melakukan aksi demonstrasi terkait polemik kebijakan kampus maupun kebijakan pemerintah, mahasiswa UIN Walisongo dijuluki macan pantura.
Baca Juga: Hal-hal Menarik di Dunia Mahasiswa UIN Walisongo Semarang
4. Rektorat Pindah dari Kampus Satu ke Kampus Tiga
Sebelum adanya pandemi Covid-19, segala kepentingan mahasiswa yang menyangkut urusan birokrasi dilakukan di kampus satu. Pasalnya rektorat UIN Walisongo berada di kampus satu. Selain untuk pasca sarjana, kampus satu juga menjadi pusat birokrasi UIN Walisongo.
Namun setelah, UIN Walisongo aktif melakukan pembangunan, salah satu yang menjadi perubahan yakni rektorat. Tidak hanya berubah dari segi bangunan menjadi lebih megah. Tetapi juga berpindah, yang sebelumnya berada di kampus satu kini ada di kampus tiga.
5. UIN Walisongo Pernah Ganti-ganti Warna Jas
Sebelum menetapkan warna hijau sebagai warna jas yang sekarang digunakan mahasiswanya. UIN Walisongo sebelumnya pernah bergonta-ganti warna jas. Selama masih menjadi IAIN Walisongo, warna jasnya merah maroon hingga tahun 2015. Setelah bertransformasi dari IAIN Walisongo menjadi UIN Walisongo warna jasnya berubah menjadi hijau.
Nah itu, beberapa fakta menarik tentang UIN Walisongo yang belum diketahui mahasiwa 2020 dan 2021. [Gita]
KOMENTAR