Selama bulan Ramadan kegiatan yang kita lakukan dapat bernilai ibadah, tidur salah satunya. Sebagaimana ungkapan hadist berikut: “Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni” (H.R Baihaqi).
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam kitabnya berjudul Syu’abul Iman. Kemudian Imam Suyuti menukil hadis tersebut dalam kitabnya berjudul al Jami’ al Shagir menyebut bahwa status hadits ini dhaif atau lemah. Menurut Imam Baihaqi dalam hadis tersebut terdapat perawi yang dianggap sebagai rawi yang dhaif, seperti Ma’ruf bin Hisan dan Sulaiman bin Amr an’Nakha’i.
Banyak ulama hadis mengatakan bahwa Sulaiman adalah rawi yang lebih dhaif dari Ma’ruf. Bahkan Imam bin Hanbal dan Yahya bin Ma’in mengatakan bahwa Sulaiman dikenal sebagai pemalsu hadis. Imam Bukhari sendiri mengatakan bahwa hadis Sulaiman tersebut matruk alias semi palsu.
Ditemukannya rawi yang memalsukan hadis menjadikannya sebagai hadis yang bermasalah. Maka dari itu, hadis ini bisa disebut sebagai hadis yang matruk. Menurut as-Suyuthi, walaupun hadis tersebut tidak berkaitan dengan akidah dan halal-haram, hadis tersebut tetap tidak boleh menjadi dasar atau diamalkan.
Namun hadist yang sudah melekat di telinga masyarakat ini, seringkali dipolitisasi oleh sebagian masyarakat sebagai pembenaran bersikap malas-malasan dan banyak tidur saat menjalankan puasa di bulan Ramadan. Tidak melakukan kegiatan apapun, lantaran kondisi fisik lemah takut membatalkan puasa. Kemudian tidur menjadi jalan ninja sebagai bagian dari ibadah puasa.
Padahal tidak demikian adanya sebagaimana penjelasan Imam al-Ghazali: “Sebagian dari tata krama puasa adalah tidak memperbanyak tidur di siang hari, hingga seseorang merasakan lapar dan haus dan merasakan lemahnya kekuatan, dengan demikian hati akan menjadi jernih” (Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumid Din, juz 1, hal. 246)
Seperti yang kita ketahui, bulan keistimewaan ini bisa menjadi momen untuk meningkatkan nilai spiritualitas. Banyak kegiatan ibadah lainnya yang bisa dilakukan selama bulan Ramadan. Keadaan fisik tidak menjadi penghalang untuk kita tidak melakukan apa-apa.
Meskipun badan kita lemah selama berpuasa, bukan berarti tidur yang bisa kita lakukan. Kita bisa memanfaatkan waktu selama bulan Ramadan untuk meningkatkan kualitas ibadah dan kesalehan sosial. Kita bisa tetap produktif dalam bekerja ataupun belajar yang dapat meningkatkan nilai ibadah kita.
[Gita]
KOMENTAR