![]() |
Dok. Ideapers |
Semarang, IDEAPERS.COM - UIN Walisongso untuk pertama kalinya di bulan Ramadan tahun ini membuka program Kajian Ba'da Dzuhur (KBZ) yang berisi kajian kitab kuning.
Ketua Badan Amalan Islam (BAI), Mukhyar Fanani menjelaskan, tujuan diadakannya KBZ ini untuk memperkenalkan kitab kuning kepada mahasiswa maupun dosen muda. Pasalnya ia menilai, sejak IAIN bertransformasi menjadi UIN, banyak civitas akademik yang belum mengenal kitab kuning.
"Bahkan tidak hanya mahasiswa, dosen-dosen muda yang backgroundnya bukan dari Islamic Studies, banyak yang belum kenal kitab kuning," katanya saat diwawancarai kru IDEAPERS.COM, Minggu, (11/04/21).
Baca Juga : Sambut Ramadan, UIN Walisongo Gagas Program "Ramadan di Kampus"
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa program ini disiapkan untuk menindaklanjuti instruksi dari pimpinan UIN Walisongo terkait dengan penyediaan konten-konten moderasi beragama di dunia maya.
"Dosen-dosen muda akan diwajibkan untuk mengikuti kegiatan itu, baik secara langsung maupun online," lanjutnya.
Program KBZ ini dijadwalkan setiap hari Senin sampai Kamis dengan mengkaji empat kitab. Pada Senin kitab Syarh Arbain Nawawi yang diampu Fakhrudin Aziz, sedangkan Selasa kitab Risalah Ahlussunnah wal Jamaah dengan pengampu Amin Farih. Sementara pada Rabu, Ahmad Muthohar mengampu kitab Adabul Alim wa al Mutaallim dan untuk Kamis Awaluddin Pimay menjadi pengampu kitab Rohmatul Ummah fi Ikhtilafil Aimmah.
Mukhyar mengatakan, kajian kitab kuning akan diadakan dengan sistem blanded. Untuk yang offline berada di Masjid Kampus 3 dengan kapasitas 100 orang, sementara yang mengikuti lewat online melalui Zoom Meeting dan Youtube UIN Walisongo Semarang.
"Forum diskusi dari jam 12.15 - 13.30 WIB, 45 menit untuk menjelaskan dan selebihnya untuk tanya jawab. Modelnya bukan maknani Jawa, tapi terjemahan," katanya.
Baca Juga : 6 Kebiasaan Mahasiswa UIN Walisongo Saat Ramadhan
Kemudian Mukhyar berencana kajian kitab kuning akan berlanjut setelah Bulan Ramadan, karena melihat estimasi waktu tidak memungkinkan untuk mengkhatamkan kitab.
"Ramadan ini digunakan sebagai awal mengkaji kitab itu. Nanti setelah bulan puasa akan dilanjutkan, masih tetap dengan kitab itu, dan waktunya menyesuaikan," harapnya. [Rep. Wahab/Red. Gita]
KOMENTAR