"Dosa itu perlu dibakar, entah itu dengan sakitnya rasa penyesalan di dunia ini ataukah dengan api neraka di akhirat kelak" – Ibnu Qayyim.
Kata di atas mengingatkan kita tentang beratnya konsekuensi bagi pelaku dosa, yakni penembusan dengan api neraka. Banyak manusia kadang lalai dengan perbuatannya di dunia yang dapat menimbulkan celaka bagi dirinya. Baik disengaja maupun tidak, semua ada pertanggungjawabannya.
Sebelum benar-benar diadili hingga disiksa, Allah SWT masih memberikan kesempatan bagi manusia untuk bertobat. Allah senantiasa menerima tobat hamba-Nya yang bersungguh-sungguh dan menyesal akan perbuatannya. Bukan hanya sekedar penyesalan, tetapi perlu adanya menggunakan beberapa tata cara.
Madzhab Syafi'i, secara rinci menjelaskan bagaimana adab atau tata cara bertobat kepada Allah SWT. Dalam kitab karangannya, Riyadhus Shalihin, bahwa dosa yang berhubungan dengan Allah SWT dan sesama manusia, maka harus memenuhi tigas syarat.
Pertama, seseorang harus meninggalkan perbuatan yang menimbulkan dosa. Maksudnya, agar perbuatan dosa tersebut tidak lagi menjadi kebiasaan. Kedua, merasa menyesal dengan apa yang telah diperbuat. Hal ini menjadi syarat utama dalam pertaubatan. Dengan mengingat kembali perbuatan dan merenungkannya.
Terakhir, setelah menyesalinya, seseorang harus berniat tidak akan mengulangi perbuatan dosa untuk selama-lamanya. Bukan hanya niat saja, namun juga bertekad tidak akan mengulangi perbuatannya. Ketiga syarat tersebut haruslah benar-benar tuntas dilalui bagi siapapun yang ingin bertobat.
Sementara itu, untuk perbuatan dosa dengan lainnya, terdapat empat syarat yang harus dilakukan. Masih seputar ketiga syarat diawal pembahasan, namun melepas tanggungan dari hak orang lain.
Tanggungan yang berupa harta atau benda lainnya, maka wajib mengembalikannya. Namun, jika tanggungannya berupa zina atau tuduhan serupa, haruslah mencabut tuduhan itu dan meminta maaf. Selanjutnya, maksiat yang berupa mengumpat orang, maka haruslah meminta maaf kepada yang bersangkutan.
Imam Syafi'i menambahkan bahwa pertaubatan menjadi perkara wajib yang patut dipelihara oleh setiap umat muslim. Bukan hanya disaat tertentu. Namun penting adanya untuk menyadari kesalahan dan mawas diri agar tidak lagi terjerumus dalam perbuatan dosa.
[Agung R]
KOMENTAR