Rasulullah SAW Bersabda; “Setiap perbuatan yang penting yang tidak dimulai dengan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ maka perbuatan tersebut cacat”.
Sabda Rasulullah SAW tersebut menjelaskan jika setiap aktivitas yang akan dilakukan, sebaiknya dimulai dengan bacaan 'Basmallah'. Satu kata dalam surah Al-Fatihah tersebut, ternyata bermakna sangat dalam dan juga bermanfaat bagi manusia. Mulai dari implementasi bagi kehidupan sehari-hari hingga bagaimana kita meneladani sifat-sifat Allah SWT.
Al-Fathihah, surat Makiyyah dengan tujuh ayat di dalamnya. Meskipun urutan dalam Al-Qur'an al-Fatihah menjadi surah pembuka, itu bukan berarti dalam pewahyuannya diturunkan pertama kali kepada Nabi Muhammad. Karena dalam hal ini, terdapat beberapa pendapat yang mengatakan bahwa surat ini merupakan surah ke-6 yang diturunkan di Madinah.
Selain itu, terdapat pendapat ulama lain yang menyebutkan jika al-Fatihah diturunkan dua kali, yakni di Makkah dan Madinah. Hal ini diambil karena dijelaskan ulama tersebut belum bisa memutuskan daerah diturunkannya surah ini.
Penamaan lain dari surah al-Fatihah juga disebutkan oleh beberapa ulama. Seperti Syekh Muhammad Abduh, yang berpendapat bahwa surah Al-Fatihah merupakan induk Al-Qur'an. Pembahasan soal keagamaan, secara umum sudah dijelaskan dalam surah tersebut. Lalu, surah-surah setelahnya-lah yang berperan menjelaskan secara rinci. Mulai dari hukum, syariat, hingga sejarah pada masa nabi-nabi dan lain sebagainya.
Problem yang sering diperbincangkan mengenai surah Al-Fatihah bukan hanya soal penamaan atau daerah diturunkannya. Namun, penentuan ayat pertama dalam surah Fatihah juga sering diperdebatkan. Bagi pengikut Madzhab Imam Syafi'i, 'Bismillah' menjadi ayat pertama dan 'Hamdallah' menjadi ayat kedua dalam surah Al-Fatihah. Ketika shalat, pembacaan 'Bismillah' dibaca dengan keras (jahr).
Hal ini berbeda dengan pendapat dari Imam Malik yang menyebutkan jika ayat pertama pada surah Al-Fatihah adalah 'Hamdallah'. Kemudian ada yang menyebutkan bahwa Basmalah tetap dibaca namun secara pelan (sirr) seperti mazhab Ahmad bin Hanbal.
Dengan berbagai perdebatan ini, bukan berarti 'Basmallah' tidak termasuk ayat Al-Qur'an. Karena seperti yang dijelaskan di dalam surah An-Naml ayat 30, disebutkan bahwa Nabi Sulaiman menulis surat yang diberikan kepada Ratu Bilqis dan dibuka dengan kata 'Basmallah. "Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang".
Implementasinya atas makna 'Basmallah'
Menurut penafsiran dari Tafsir Misbah karya Quraish Syihab, makna 'Basmallah' biasa diterjemahkan 'Dengan nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang".
'Bi', dengan. Jika ada kalimat yang terdapat kata 'dengan', mestinya harus memiliki kata sisipan sebagai penyempurna. Misalnya, "(Saya datang) dengan si A yang gagah berani". Lalu, apa maksud kata "Dengan" dari terjemahan 'Bismillahirrahmanirrahiim'?
Ulama-ulama berpendapat bahwa perlu adanya kata sisipan. Salah satunya ulama ada yang berkata bahwa sisipan makna dari 'Bi' tersebut yakni "Saya mulai pekerjaan saya ini, dengan...". Ada juga yang mengatakan terjemahan ini, bisa disisipkan dengan 'Kuasa atau Pertolongan Allah'. Maka menjadi 'Dengan kuasa atau pertolongan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang'.
Pemaknaan seperti ini, jika diterapkan dalam segala hal aktifitas kita, tentu 'Kuasa dan Pertolongan Allah' bakal tertanam di dalam hati bahwa manusia adalah makhluk yang lemah. Manusia tidak bisa melakukan sesuatu, kecuali dengan pertolongan dan kuasa Allah.
Lalu, kenapa 'Basmallah' menggunakan kata 'nama'? tidak mengatakan 'Saya mulai segala sesuatu dengan Allah'? Ada ulama mengatakan bahwa 'nama' atau 'isim' di situ hanya sisipan yang berguna sebagai penguat bahkan tidak mempunyai makna. Selain itu, 'nama' di sini juga berarti pengekalan terhadap sesuatu.
Contohnya, ketika akan membaca sesuatu, dan berharap bacaannya tidak hanya bisa dipahami, namun juga mendapatkan ganjaran yang kekal. Maka sebelum membaca buku tersebut bisa dimulai dengan 'Basmallah' dan berharap diberikannya ganjaran yang kekal di akhirat.
Selanjutnya, ada kata 'Ar-Rahman' dan 'Ar-Rahiim' yang terdapat dalam surat. Penafsiran kata 'Ar-Rahman' yang berarti pelimpah kasih kepada seluruh makhluk baik mukmin maupun tidak, binatang, bahkan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan kata 'Ar-Rahiim' yang berarti pelimpah rahmat di akhirat kelak. Jadi, pemaknaan lengkap dari 'Basmallah' yakni, "Saya memulai segala aktifitas dengan menyebut nama Allah yang melimpahkan kasih kepada seluruh makhluk dan melimpahkan rahmat di akhirat kelak".
Implementasi makna 'Basmallah' bagi manusia bisa dimulai dengan menyadari bahwa Allah melimpahkan rahmatnya untuk semua makhluk dan penuhi hati dengan hal tersebut. Kemudian, sikap yang keluar dengan adanya penerapan tersebut, menghasilkan sesuatu hal lembut kepada makhluk Allah yang lain.
Seperti diketahui, bahwa rahmat yang dimiliki Allah tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Ada ulama yang mengatakan bahwa rahmat Allah ada 100, dan membaginya sebanyak satu biji rahmat itu kepada makhluk di bumi dan membaginya.
Imam Ghazali, menyebutkan rahmat yang dimiliki oleh makhluk seperti manusia karena adanya rasa perih dan akhirnya memberi bantuan kepada makhluk lainnya. Jika manusia berhasil menanamkan rahmat dalam hatinya, maka segala sesuatu yang diberikan kepada makhluk lain bersifat pembimbingan dan pemeliharaan sesuatu, seperti pendidikan.
[Pen]
KOMENTAR