Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Studi Biological Psychiatry: Cognitive Neuroscience and Neuroimaging, yang diterbitkan Elsevier menunjukkan bahwa kekurangan tidur sangat rentan mengalami ketakutan seperti gangguan stress pasca trauma atau kecemasan.
Penelitian ini dibuktikan dengan mempelajari 150 orang dewasa yang sehat dan ditempatkan di laboratorium tidur. Dengan menggunakan model eksperimen tiga fase untuk memperoleh hasil tersebut. Sepertiga subjek mendapat tidur normal, sepertiga dibatasi tidurnya dan mereka hanya tidur pada paruh pertama malam. Dan sepertiga lainnya kurang tidur, sehingga mereka tidak tidur sama sekali.
Dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa orang yang tidur setengah malam saja menunjukkan aktivitas kecemasan dan rasa takut. Dan paling sedikit terkait dengan pengendalian emosi. Anehnya, dalam penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang tidak tidur sama sekali malah tidak menunjukkan gejala kecemasan.
Dengan dampak yang terjadi karena kurangnya tidur ini, lalu, sebenarnya apa yang disebut dengan kecemasan? Rasa takut atau kecemasan, merupakan kondisi normal yang ditandai dengan perasaan gugup dan khawatir pada situasi dan kondisi tertentu.
Para ahli kejiwaan menyebutkan beberapa faktor penyebab kondisi kecemasan. Seperti adanya aktivitas berlebihan di bagian otak yang mengendalikan emosi sampai pengalaman trauma atau stres di masa lampau. Kondisi yang seperti ini, biasa ditandai dengan gejala kepanikan dan fobia yang berlebihan.
Gangguan seperti ini bukan hanya menyerang mental, tetapi juga fisik. Contohnya, merasa khawatir dan resah, mudah marah, dan susah tidur atau berkonsentrasi. Kemudian, apa saja penyebabnya?
Studi dalam “Journal of Psychiatric Research” tahun 2009 yang mengutarakan bahwa gangguan kecemasan berhubungan dengan menurunnya kualitas tidur. Keadaan ini seperti membentuk lingkaran setan, karena gangguan kecemasan bisa disebabkan oleh kekurangan waktu tidur dan kemunculannya juga membuat penderitanya susah tidur.
Pada beberapa kasus disebutkan bahwa penderitanya mungkin saja bisa terbangun dari tidur akibat serangan panik pada malam hari. Serangan panik nokturnal ini memiliki tanda dan gejala yang sama dengan serangan panik secara umum, hanya saja muncul saat anda sedang tidur. Bila ini terjadi, mungkin akan lebih sulit untuk bisa tertidur lagi.
Night terror, episode malam hari berulang yang terjadi ketika tidur. Ketika teror malam dimulai, kamu akan terbangun, lalu mungkin memanggil, menangis, bergerak, atau menunjukkan tanda-tanda ketakutan, kegelisahan, dan kecemasan lainnya. Kondisi ini cenderung terjadi ketika bangun sebagian dari tidur NREM (tidur dengan gelombang lambat). Ini terjadi selama transisi antara berbagai tahap tidur, ketika kamu tidak bangun, tetapi juga tidak sepenuhnya tidur.
Namun, ketika seseorang sengaja mulai mengingat apa yang sudah terjadi, membuatnya kesusahan dalam tidur. Karena secara otomatis akan merasa takut bila kejadian tersebut akan terjadi lagi pada menit selanjutnya.
Terlepas dengan semua gejala maupun faktor yang melatar belakangi gangguan ini, terdapat banyak kasus yang menyebutkan bahwa mengobati perasaan kecemasan ketika insomnia (kesulitan tidur), memerlukan pendekatan ganda. Baik dengan Psikoterapi maupun obat-obatan. Atau juga bisa dikombinas sehingga mendapatkan hasil yang baik.
Obat yang paling sering diresepkan, yaitu benzodiazepin. Tapi sebelum mengonsumsinya, alangkah baiknya konsultasi dengan pihak dokter yang dipercaya menangani kasus seperti ini. Selain itu, jika melakukan pengobatan dengan jalan Psikoterapi atau perbaikan dalam segi mental, bisa mencoba dengan melakukan hal-hal seperti menarik napas secara perlahan sebelum tidur. Dengan ini, tubuh otomatis merasa sedikit rileks dan tidak sedang dalam bahaya.
Memiliki pola tidur sehat, tidak mengonsumsi kafein sebelum tidur, mematikan semua perangkat elektronik, dan ciptakan kamar tidur yang nyaman untuk beristirahat. Kecemasan konstan yang bikin sulit tidur di malam hari bisa memengaruhi kualitas hidup.
[Pen]
KOMENTAR