Rasulullah SAW menjadi manusia pertama yang menerangkan, mengajarkan, sekaligus sumber utama rujukan tafsir. Oleh karena itu, beliau menjadi tempat bertanya bagi para sahabat dan umatnya ketika itu. Sampai mereka pun mengetahui makna, maksud, dan rahasia-rahasianya.
Khulafa'ur ar-Rasyidin, Abdullah bin Mas'ud, Ibnu Abbas, Ubai bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa al-Asy'ari, dan Abdullah bin az-Zubair, yang menjadikan kegiatan lebih berkembang setelah sepeninggal Rasulullah SAW. Sejumlah ahli tafsir pun bermunculan di sejumlah pusat-pusat pendidikan Islam, misalnya Irak, Makkah, dan Madinah.
Hingga kini, banyak karya-karya kitab tafsir dari sejumlah ahli tafsir terkemuka yang berpengaruh besar. Pertama, tafsir Ath-Thabari. Penjelasan dari Rasulullah SAW, sahabat dan tabiin, menjadi referensi utama penjabaran dalam pembahasan tentang tafsir Al-Qur'an. Stelah itu ulama bisa mngupasnya secara detail dengan disertai analisa yang sangat tajam.
Tafsir tertua karya Muhammad bin Jarir Ath-Thabari (224-310 H) menjadi salah satu kitab yang menjadi rujukan utama hingga sekarang ini. Kitab Tafsir dengan 12 jilid ini termasuk kitab tertua yang berisi banyak penjelasan tentang ilmu tafsir.
Salah satunya penjelasan dalam kitab tafsir tersebut adalah apabila dalam satu ayat, muncul dua pendapat atau lebih, maka disebutkan satu persatu lengkap dengan dalil dan riwayat para sahabat, tabi'in, yang mendukung masing-masing pendapat. Kemudian mentarjihnya (memilihnya) mana yang lebih kuat dari sisi dalilnya. Selain itu, juga dijabarkan harakat akhir, mengistimbatkan hukum jika ayat tersebut berkaitan dengan masalah hukum.
Kedua, tafsir Ibnu Katsir. Imam Asy-Syaukani RA, seorang ulama Yaman mengatakan bahwa tafsir Ibnu Katsir merupakan salah satu kitab tafsir terbaik. Tafsir karya dari Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir ini terdiri dari 10 jilid, dengan penafsiran Al-Qur'an yang dilakukan dengan sangat teliti, yang menukil perkataan para salafus shaleh.
Dengan biografi penafsir sebagai alumnus akhir madrasah tafsir dengan atsar dan tercatat menjadi salah seorang murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah RA (wafat tahun 774 H). Kitab tafsir yang berisi penafsiran ayat dengan ibarat yang jelas dan mudah dipahami, dan juga menerangkan ayat dengan ayat lainnya kemudian membandingkannya agar lebih jelas maknanya.
Selain itu, disebutkan pula hadis-hadis yeng berhubungan dengan sebuah ayat, serta penafsiran para sahabat dan tabi'in. Dan beliau juga sering mentarjih di antara beberapa pendapat yang berbeda, juga mengomentari riwayat yang sahih atau yang dhaif (lemah).
Ketiga, tafsir Al-Qurtuby. Tafsir 11 jilid karya Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al-Qurtuby (w 671 H) ini menurut beberapa ulama, mempunyai keistimewaan yakni membuang kisah dan sejarah, dan diganti dengan hukum serta istimbat dalil. Kitab dengan gaya penulisannya khas ulama fikih ini juga menerangkan qiroat, naskh, dan mansukh.
Beliau banyak menukil tafsir dan hukum dari para ulama salaf, dengan menyebutkan pendapatnya masing-masing. Pembahasan suatu permasalahan fiqiyah pun dilakukan dengan sangat detail. Tidak hanya itu, tafsir ini juga tidak segan melakukan riset mendalam untuk memperjelas kata-kata yang dianggap sulit.
[Fine Jannati]
KOMENTAR