Fakhrijal Ali Azhar, wisudawan dengan skirpsi terbaik FUHum |
Polarisasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 menjadi inspirasinya dalam penulisan skripsi. Azhar menyebutkan, Pilpres 2019 telah menimbulkan polarisasi dahsyat. Akibatnya masyarakat terkotak-kotak dan mudah berkonflik.
"Ketika saya memikirkan judul teringat masa-masa pemilihan presiden, kan polarisasinya sangat kental. Jadi saya baca-baca artikel dan banyak referensi,” katanya.
Baca Juga: Cerita Wisudawan Thailand, Pertama Kuliah di UIN Walisongo Hanya Diam
Dalam Skripsi berbahasa Arab dengan judul Mafhum Al-Ukhuwwah fi Al-Quran (Bimuroqobat Ad-Dilalah Li Thosihiko Isutzu) Azhar menawarkan solusi untuk meredam polarisasi Pilpres 2019. Menurutnya, kondisi ini dapat diredam dengan memperkuat ukhuwah (persaudaraan) yang telah diajarkan dalam Al- Qur’an.
"Dan salah satu solusi untuk meredam hal tersebut adalah memperkuat ukhuwah dalam masyarakat. Jadi saya kepengen membahas ukhuwah," ungkap wisudawan asal Kendal kepada kru IDEAPERS.COM, Selasa (19/11/19).
Dalam skripsinya, Azhar mengambil perspektif Thosihiko Isutzu, seorang Islamolog Jepang yang berpengaruh dalam perkembangan arah dan corak pemikiran studi keislaman di Jepang. Pendekatan semantik Al- Quran prespektif Isutzu menjadi referensi penulisan skripsi Azhar.
"Konsep Tafsir ini menggunakan pendekatan semantik. Kalau Thosihiko ini memang saya suka tokohnya," ujarnya.
Baca Juga: Berikut Daftar 15 Wisudawan Terbaik UIN Walisongo Periode November 2019
Alumni Pondok Pesantren Darul Falah Amtsilati Jepara ini menyelesaikan skripsi lebih dari satu semester. Ia mengungkapkan, dalam prosesnya membutuhkan tenaga dan pikiran ekstra. Pengendapan dan pengkajian ulang menjadi jalan baginya untuk memantapkan pembahasan skripsinya.
"Saya ngajuin judul Desember selesai baru kemarin sebelum munaqosah. Yang paling mengesankan selama kuliah adalah pembuatan skirpsi ini. Saya akui butuh tenaga ekstra, cari datanya kesulitan, analisisnya juga memerlukan peredaman, dipikir ulang lagi sampai hasilnya seperti ini," jelas Azhar.
Lelaki berumur 24 tahun ini punya motivasi besar dalam mencari ilmu. Hal itu berasal dari pengalamannya selama di pesantren. Ia menilai bahwa proses belajar tidak ada habisnya sampai kematian tiba.
"Motivasi itu saya kebawa doktrin pondok, ya. Dari lahir sampai liang lahat ya cari ilmu. Ketika ada kesempatan kuliah fokus mencari ilmu. Pumpung ada kesempatan," pungkasnya. [Rep.Adha/Red. AM]
KOMENTAR