Tapak-tapak kaki terlihat berjalan tanpa arah
arus derasnya pola pikir yang bergulat dengan emosi diri
Menumbangkan sekawanan kepala-kepala tak tau apa-apa
Aku dan diriku hanya berdiri di depan cermin
Menyaksikan tragedi
Dibelakang, waktu terus berputar.
Bukan,
Karena tubuh terbujur kaku
Tapi gerakan tangan saja
Tersalib oleh kencangnya hawa nafsu
Yang memburu dalam dirinya.
Inikah,
Segala sesuatu yang dinamakan "sesa(a)t"?
[Umi]
Warga Komunitas Sastra Literada Semarang
arus derasnya pola pikir yang bergulat dengan emosi diri
Menumbangkan sekawanan kepala-kepala tak tau apa-apa
Aku dan diriku hanya berdiri di depan cermin
Menyaksikan tragedi
Dibelakang, waktu terus berputar.
Bukan,
Karena tubuh terbujur kaku
Tapi gerakan tangan saja
Tersalib oleh kencangnya hawa nafsu
Yang memburu dalam dirinya.
Inikah,
Segala sesuatu yang dinamakan "sesa(a)t"?
[Umi]
Warga Komunitas Sastra Literada Semarang
KOMENTAR