Singgalang.co |
Umumnya, orang meyakini sifat tidak gampang menyerah sebagai pangkal dari kesuksesan. Akan tetapi, sebenarnya kegigihan juga mempunyai sisi buruk yang sering kali tidak disadari. Korban dari kegigihan yang berlebihan yakni kesejahteraan diri sendiri.
Orang yang mempunyai sifat tidak gampang menyerah seringkali mengabaikan kenyataan hidupnya sendiri. Hal ini yang akan menimbulkan permasalahan. Kegigihan bisa menghalangi seseorang untuk mencari solusi yang lebih sehat dalam situasi yang dirasa sulit.
Terkadang seseorang dihadapkan dengan berbagai hal di luar batas kemampuannya. Misalnya, sulit tercapainya tujuan hidup, banyak rencana yang tidak terealisasi, atau mungkin pekerjaan yang sulit juga hubungan yang tidak harmonis, dan lain sebagainya.
Guillermo, nama samaran pasien dari Profesor Psikologi Konseling di Amerika Serikat, dr. David B. Feldman, membagi kisahnya dalam Psychology Today. Ia merupakan eksekutif kaya raya yang sejak kecil dididik bekerja keras dan tidak mudah menyerah. Di usia muda, ia berhasil mewujudkan cita-citanya.
Kegigihannya dalam belajar dan bekerja membawa Guillermo mempunyai segalanya. Ia mampu menjadi eksekutif muda di sektor teknologi. Hal ini berkat kegigihan dan usaha keras yang dilakukannya tanpa henti.
Dalam sehari, ia bekerja 16 jam dan pulang dalam keadaan lelah. Ia menyadari bahwa gila kerja membuatnya tidak punya waktu untuk istrinya dan merusak rumah tangganya. Jadi, ia memutuskan untuk berlibur ke Karibia.
Masa liburannya tidak seperti yang dibayangkan. Alih-alih bersantai, Guillermo hanya memikirkan pekerjaannya. Saat itu pula, ia menyadari bahwa kemampuan menikmati hidup sudah hilang dari dirinya.
Usahanya mencapai segala impian malah membunuhnya secara perlahan. Ketika akan berhenti, ia tidak bisa. "Bukankah menyerah hanya untuk orang yang kalah?" pikirnya.
Carsten Wrosch dan Gregory Miller, dua peneliti ini beranggapan, sikap pantang menyerah sangat penting untuk meraih kesuksesan telah tumbuh subur dalam kebudayaan. Sejak kecil, kita seringkali diberi nasihat untuk tidak mudah menyerah dalam menghadapi segala sesuatu. Alhasil, orang sering menyalahkan diri sendiri saat gagal atau lemah.
Psikolog dari Universitas Pennsylvania, Adam Grant mengatakan, sikap pantang menyerah akan berakibat buruk jika seseorang tidak tahu batasannya. Menurutnya, pantang menyerah bukan berarti kita terus memaksakan diri terhadap hal yang kita ketahui membawa dampak buruk, atau mungkin berupa kegagalan.
Bahkan, New York Times menuliskan, pantang menyerah yang sebenarnya merupakan kondisi dimana kita mampu mengetahui batasan. Kapan kita harus berhenti dan kapan kita harus memulai kembali. Bukan dengan mudah memaksakan diri.
Dr. Feldman mengatakan, agar tidak mudah menyerah, kita harus mampu melihat situasi. Kita harus tahu kapan waktu yang tidak memungkinkan lagi mewujudkan suatu tujuan atau ketika tujuan terasa tidak penting lagi.
Dari sisi psikologi, kegigihan mengacu pada membelenggu diri sedangkan menyerah merupakan membebaskan diri. Dengan begitu, orang bisa menemukan cara baru mengejar tujuan hidup yang lain, yang mungkin sebelumnya tidak di hiraukan.
Pantang menyerah bisa menjadi sia-sia jika mencapai titik mempertaruhkan kesejahteraan hidup. Oleh karena itu, menyerah bisa menjadi alternatif yang lebih baik. Selain itu, ini juga bisa menjadi jalan yang lebih sehat.
Secara teori, hal ini mudah untuk dipahami. Akan tetapi dalam pelaksanaannya cukup sulit. Kenapa? Dikutip dari laman Inc dan Positive Sharing, ada empat alasan yang mendasari hal ini.
Pertama, merasa tidak yakin menyerah, karena pernah mengalami kondisi yang dirasa lebih sulit. Sudah berniat mundur, tapi akhirnya tetap bertahan dan usaha itu malah berbuah manis.
Kedua, Tidak berani mundur karena menganggap itu salah. Anggapan bahwa menyerah merupakan hal yang tidak baik begitu melekat di kehidupan masyarakat.
Ketiga, sudah berinvestasi terlalu banyak. Ketika sudah banyak menyita waktu, uang, dan tenaga maka akan sulit untuk meninggalkannya. Jika menyerah, maka pengorbanan itu akan menjadi sia-sia.
Keempat, yaitu takut mengecewakan diri atau orang lain. Terkadang kita mengingatkan diri sendiri agar tidak menyerah demi orang lain yang telah mempercayai kita menyelesaikan suatu hal agar mereka tidak kecewa atau marah.
Dikutip dari BBC, Peneliti dari Australia pernah menemukan orang cenderung memilih sesuatu yang kemungkinan hasilnya sudah diketahui. Bahkan terkadang orang lebih memilih pilihan yang tidak berguna serta meninggalkan hal yang lebih bermanfaat. [Devia]
KOMENTAR