gambar: Instagram |
Tidak hanya masyarakat biasa, para aktris hingga politisi ramai-ramai mengunggah foto editan. Saking ngetrennya sampai muncul #AgeChallenge. Tagar tersebut mengajak orang lain untuk menunjukkan wajah keriput dan sedikit abu-abu itu. Bukannya khawatir ketika melihat wajah tua, justru menimbulkan kebanggaan tersendiri. Padahal, biasanya pengguna medsos cenderung mengunggah hal yang menampilkan citra baik.
Selain bisa memandang wajah yang menua, fenomena ini juga menjadi ajang tertawaan bahkan bully antar sesama karena hasil akhir editannya. Cukup membingungkan juga, sering kali orang mengedit foto untuk terlihat menarik, justru menimbulkan komenan yang membuat jengkel. Banyak nyinyiran, "filternya keterlaluan! Editan tuh! Muka palsu!" Padahal editan nggak mengubah bentuk asli wajah seseorang. Bisa sekadar menghaluskan kulit atau mencerahkan saja.
Mungkin fenomena ini menjawab nyinyiran orang tentang kerupawanan wajah orang. Menampilkan wajah tua yang penuh keriput untuk menutup mulut julid. Menghentikan rasa iri, dengki atas wajah yang terlihat proposional.
Berbicara mengenai unggahan yang sedang ngetren, ternyata menghasilkan tampilan baru di beranda medsos, khususnya Facebook. Beranda medsos mendadak berubah layaknya panti jompo, tempat orang-orang lanjut usia. Medsos ramai dengan tempelan foto orang-orang tua, seakan mereka menjadi penghuni panti medsos.
Terlihat mengasikkan, karena bisa memrediksi wajah di 10 sampai 20 tahun mendatang. Bahkan bisa membayangkan wajah pacar, gebetan, orang tua ataupun diri sendiri jadi seperti apa nantinya. Meskipun terlihat asyik, sebenarnya pengguna perlu waspada dengan aplikasi ini. Bisa saja FaceApp ini menyimpan, menyebarkan, bahkan menjual foto para pengguna dengan tujuan komersial, meskipun foto tersebut telah dihapus.
Mengunggah foto berjawah tua sifatnya hanya sebagai hiburan semata. Tidak ada manfaat khusus yang bisa digunakan sebagai alasan. Dalam kasus yang belum lama usai, penggunaan teknologi pengenal wajah digunakan untuk mencari orang hilang. Memprediksi perubahan wajah sesuai rentan waktu yang terjadi. Meskipun terlihat ada gunanya, namun banyak yang perlu dikhawatirkan dari aplikasi ini.
Dilansir dari inet.detik.com (18/07/19) meskipun aplikasi ini mengklaim tidak akan menjual data ke pihak ketiga, tetapi ada informasi tertentu yang dibagikan pada mitra pengiklan, tentunya untuk monetisasi. Salah satu masalah yang disorot adalah, FaceApp meminta akses ke semua foto pengguna.
Sebagai pengguna, perlu mewaspadai hal ini, bukan hanya mencoba hal baru tanpa berpikir panjang dampak dari aplikasi tersebut. Sayangnya, orang Indonesia terkadang terlalu cepat terpengaruh oleh hal-hal baru dan terburu-buru dalam mengambil sikap. Jadi, waspadalah. [Firda]
KOMENTAR