![]() |
gambar: kumparan.com |
Teknologi informasi kini telah memudahkan masyarakat untuk berkomunikasi, mendekatkan yang jauh dan melampaui batas-batas geografi. Hanya modal klik, orang dapat mengkases segala bentuk informasi.
Hari ini, informasi begitu melimpah ruah di jagat maya. Setiap detik kita disuguhi beragam informasi, mulai dari isu politik, ekonomi bahkan seputar permasalahan agama.
Di era informasi, siapapun yang menguasai informasi akan menguasai dunia. Ia mampu merakayasa pikiran dan wacana masyarakat melalui informasi yang disebarkannya. Dengan begitu, masyarakat akan mudah dikendalikan oleh penguasa.
Pakar teori informasi, Yasraf Amir Piliang mengatakan, untuk mengahancurkan sebuah kelompok atau bangsa, hancurkan pikirannya melalui informasi. Karenanya, informasi dijadikan sebagai sebuah kekuatan offensif untuk mengalahkan musuh (Majalah IDEA Edisi 37: 2017).
Peluang tersebut dimanfaatkan kelompok Islam transnasional untuk menguasai informasi seputar keislaman di dunia maya. Mereka giat memproduksi konten-konten keislaman di portal online-nya. Terbukti, mereka mampu menguasai kajian keislaman di jagat maya.
Ketika kita search di Google dengan kata kunci "media islam", "situs islam" atau "website islam", media Islam jihad-lah yang berada di halaman pertama Google. Situs Islam terpopuler ditempati oleh media-media yang berhaluan ideologi transnasional.
Media Islam transnasional sering memproduksi konten-konten yang provokatif. Tak jarang, situs-situs tersebut mengkampanyekan kajian keislaman radikal dan sentimen berbau SARA serta tiada henti menyerang sendi-sendi kerukuman umat beragama.
Dikutip dari Dutaislam.com (28-12-2016), setidaknya ada puluhan situs Islam radikal yang biasa membuat postingan barbau SARA, anti NKRI dan anti pemerintah.
Di antaranya ada beberapa situs yang menduduki halaman pertama Google. Situs ini mendominasi arus informasi yang dianggap Google mewakili suara Islam.
Ketika situs ini berada di halaman awal Google dan menjadi rujukan utama tentang keislaman, ini akan sangat berbahaya bagi pemahaman masyarakat Indonesia tentang Islam. Bisa jadi, pola pikir masyarakat menjadi liar dan radikal akan merusak sendi-sendi kerukunan umat beragama.
Peran pesantren
Melihat informasi keislaman lebih banyak dikuasai situs Islam radikal, kalangan pesantren harus sadar dan ikut ambil bagian dalam berdakwah di dunia maya.
Pesantren sebagai gawang Islam yang lentur harus mampu menguasai jagat maya, dengan membuat konten-konten yang damai. Keterlibatan pesantren menjadi langkah awal menyelamatkan negeri dari propaganda radikalisme di dunia maya.
Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren memiliki modal utama untuk melebarkan sayap dakwahnya di jagat maya. Kalangan pesantren punya kapasitas keilmuan yang mumpuni di bidang agama. Kiai pesantren yang mahir dan cakap dalam memahami kitab turats sudah seharusnya ambil peran dakwah di dunia maya.
Kiai pesantren mampu melihat persoalan agama dari berbagai sudut pandang. Sehingga pemahaman keislaman beliau-beliau tidak kaku dan rigid.
Di era digital, orang lebih suka mempelajari Islam lewat Google dan Youtube. Dengan modal klik, akan muncul beragam konten keislaman. Peluang ini harus dimanfaatkan betul oleh kalangan pesantren.
Jadi, ketika seseorang search di Google tentang kajian keislaman, website pesantrenlah yang berada di halaman awal. Keterlibatan pesantren dalam berdakwah di dunia maya merupakan suatu keniscayaan. Sebab, pesantrenlah yang selama ini menjadi garda terdepan dalam mengawal ideologi Islam yang rahmatan lil alamin.
[NN]
KOMENTAR