Siapa yang tidak ingin jadi penulis hebat? Hebat itu diartikan karena karya tulisannya memang benar-benar diakui oleh pembaca. Pengakuan itu lahir dari bagaimana isi tulisan yang setelah dibaca, membuat para pembaca terkagum-kagum. Itulah penulis yang hebat.
Jika masih menjadi penulis yang tidak ada karya fenomenal atau belum memiliki pembaca tetap, maka kamu masih jauh dari kata "hebat" itu sendiri.
Sebenarnya untuk menjadi penulis hebat bukanlah yang paling utama adalah kamu bisa menulis dengan cepat dan menarik di temanya saja. Akan tetapi penulis yang hebat itu saat menulis selalu menarik karena ide atau gagasan yang muncul dari isi tulisannya benar-benar telah mendalam, dikuasai, dan dapat diterima pembaca dengan baik.
Untuk itu, pada prinsipnya untuk menjadi dan menuju seorang penulis yang hebat kamu harus mulai dari sekarang studi tentang ilmu filsafat. Mengapa demikian?
Filsafat adalah benar-benar dan tanpa henti mempertanyakan segalanya. Dari sini kedalaman materi yang kamu bahas benar-benar bisa matang. Dalam mempelajari filsafat, seorang penulis itu akan belajar bagaimana mengembangkan dan mempertahankan argumen secara efektif.
Mempelajari sesuatu secara filosofis terdiri dari “penggalian” dan berkembang secara "metodis" melalui setiap asumsi, hipotesis, dan bukti yang relevan yang dapat dipikirkan orang mengenai topik atau masalah tertentu yang sedang dipertimbangkan.
Filsafat akan mengajarkan penulis memiliki pemikiran analitis, yang dapat digambarkan sebagai proses mendekonstruksi, menantang, memperluas, menyempurnakan, dan atau menolak satu atau lebih ide, teori, atau temuan yang ada untuk dijadikan bahasan tulisannya.
Analisis filosofis melibatkan "membongkar" sebuah ide untuk menelusuri sejarahnya, menunjukkan asumsi dan implikasinya, dan menguji validitasnya.
Apakah kita secara sadar menyadarinya atau tidak, hampir setiap aspek penulisan melibatkan pertanyaan apakah sesuatu yang diberikan “masuk akal” atau tidak?.
Masalah teknis misalnya, apakah masuk akal untuk menggunakan dua bentuk kata yang berbeda dalam kalimat ini? Haruskah saya menggunakan kutipan tunggal atau ganda ketika saya mengutip kalimat verbal dalam teks tertulis? Haruskah kalimat ini dipindahkan ke paragraf baru? Apakah frasa ini masuk akal secara tata bahasa? dan semacamnya.
Masalah logis juga demikian. Apakah kesimpulan saya mengangkat argumen utama yang saya buat dalam tulisan ini? Apakah penulis di data yang saya temukan menggunakan teori yang dipertimbangkan secara konsisten? Apakah pembaca akan paham dengan mudah ataukah sebaliknya?
Dan masalah lainnya seperti masalah etis yang juga bisa memunculkan pertanyaan di dalam proses kita menulis menggunakan kerangka berfikir yang filosofis.
Nah, sebagai dasar dan bekal strategi dan prinsip filosofis adalah alasan yang paling logis untukmu yang ingin jadi penulis hebat. [k]
KOMENTAR