Semarang, IDEAPERS.COM - Apel Kebangsaan yang bertema "Kita Merah Putih" akan digelar Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di Lapangan Simpang Lima, Semarang. Acara tersebut dilaksanakan pada Minggu (17/3/2019) dan menuai kritikan. Kegiatan yang berlangsung dari jam 8 sampai 12 siang itu disebut-sebut menghabiskan anggaran Rp 18 Miliar. Dana besar itu seluruhnya diambil dari pos APBD.
Dilansir dari sistem e-lelang Pemprov Jawa Tengah. Lelang kegiatan apel kebangsaan tersebut dimenangkan oleh PT. Potensindo Global, yang beralamat di Jalan Letjen Suprapto 37A Sido Mulyo Ungaran Kabupaten Semarang. Dana dengan nilai HPS Rp 18,086 miliar dari total nilai pagu Rp 18,764 miliar, diambilkan dari Satuan Kerja (Satker) Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Jawa Tengah.
"Sangat disayangkan apabila anggaran sebesar 18 M digunakan untuk kegiatan sesaat di satu tempat. Anggaran sebesar itu akan lebih bermanfaat apabila digunakan untuk mengadakan kegiatan bertema kebangsaan di beberapa kota dan kabupaten di Jawa Tengah dalam skala yang lebih kecil. Sehingga dampaknya akan semakin luas," ujar Ketua Persaudaraan Lintas Agama (Pelita) Semarang, Setyawan Budi, saat konfirmasi Kompas.com melalui pesan singkat, Jumat (15/3/2019).
Setyawan menilai, kegiatan yang bertujuan untuk membakar semangat kebangsaan memang bertujuan positif. Namun, sarana kegiatan yang diwujudkan dinilai kurang tepat. Menurut dia, alokasi anggaran yang mencapai Rp 18 miliar terlampau besar.
"Acara bertema kebangsaan tidak harus yang selebratif," ungkapnya.
Ia juga mengatakan, soal semangat nasionalisme masyarakat umumnya menyadari bahwa mereka hidup rukun bersama dengan yang lain. Caranya dengan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan kebhinekaan.
"Kemasan acaranya tidak harus wah. Tujuannya bagus, hanya acaranya saja yang kurang tepat. Semestinya penyelenggara juga mempertimbangkan kondisi perekonomian masyarakat kita saat ini," jelasnya.
Personel banyak sampai 1.300
Untuk mendukung kelancaran kegiatan apel kebangsaan, sebanyak 1.300 personel keamanan akan dilibatkan. mereka akan menjaga sekitar 130ribu warga masyarakat yang direncanakan hadir. Personel tersebut terdiri dari gabungan personel TNI dan Polri, unsur pemerintah daerah dan Kota Semarang.
"Rinciannya sebanyak 800 personel keamanan dari Polri, 300 personel dari TNI dan sisanya dari Satpol PP serta Dishub Pemprov dan Pemkot Semarang," ujar Kabag Ops Polrestabes Semarang, AKBP Iga DP Nugraha, di Rumah Dinas Gubernur Jateng, Kamis (14/3/2019).
Personel keamanan rencananya akan berjaga di sejumlah titik, baik di panggung utama maupun di lokasi parkir dan lainnya. Selain itu, petugas keamanan juga akan bergerak secara dinamis di lokasi acara. Di sela itu, kepolisian juga sejak Senin awal pekan meningkatkan operasi Cipta Kondisi Kondusif dengan menggelar razia dan sebagainya.
"Tujuannya untuk memastikan pada pelaksanaan nanti aman terkendali tanpa adanya gangguan dari pihak manapun," imbunya.
Tanpa ada unsur politis
Kegiatan tersebut rencananya akan digelar pada Minggu (17/3/2019) mulai pukul 06.00 WIB sampai 12.00 WIB. Apel kebangsaan ditujukan untuk mengibarkan semangat nasionalisme masyarakat Indonesia. Sejumlah tokoh agama dan tokoh masyarakat akan hadir, seperti pimpinan forkominda Jawa Tengah, pimpinan TNI dan Polri, serta 130 ribu masyarakat.
Para tokoh disana nantinya akan mengisi orasi kebangsaan, antara lain Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, KH Maimoen Zubair, Mahfud MD, Habib Luthfi, Gus Muwafiq, KH Munif Zuhri, KH Ahmad Darodji, Uskup Agung Semarang Romo Rubiatmoko, Pendeta Eka Laksa, Nyoman Surahart, Go Boen Tjien dan Pujianto.
Selain tokoh agama dan masyarakat, acara ini juga akan dimeriahkan oleh sejumlah artis nasional yakni Slank, Letto, Armada, Virza, Nella Kharisma dengan MC Vincent-Desta dan Cak Lontong.
Kepala Kesbangpol Provinsi Jawa Tengah Achmad Rofai, mengatakan di kesempatan sebelumnyaa bahwa kegiatan ini murni apel kebangsaan dan tidak ada unsur politis. Peserta berasal dari perwakilan santri, pramuka, linmas, pekerja, petani, nelayan, pelajar, seniman, mahasiswa, pelajar tokoh lintas agama hingga olahragawan dan kelompok difabel, dan kelompok masyarakat.
"Tidak ada atribut yang berkaitan dengan pilpres atau pileg, yang ada hanya merah putih. Ini hanya kebetulan saja pelaksanaannya mendekati pemilu, tapi tidak ada kaitannya," ujarnya.
Namun hal ini diragukan oleh Tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi. Mereka menilai kegiatan itu rawan pelanggaran netralitas ASN, karena dilakukan tepat 1 bulan sebelum pemilihan legislatif dan pemilihan presiden. BPN mengingatkan pemerintah daerah setempat agar tidak menggunakan acara tersebut sebagai ajang kampanye. Karena menurut mereka, dengan mengumpulkan ratusan ribu orang dalam waktu menjelang pemilu itu perlu dicermati secara seksama.
"Apel siaga besar-besaran juga warning, agar hati-hati," kata Direktur Materi Debat BPN Prabowo-Sandi, Sudirman Said, saat konferensi pers di Posko Pamularsih, Semarang, Kamis (14/3/2019).
Mantan calon Gubernur Jateng ini menilai, bahwa upaya pengerahan massa di waktu menjelang pemilihan berpotensi untuk terjadi pelanggaran netralitas. Ia juga meminta agar acara tersebut tidak disisipi materi-materi kampanye salah satu pasangan calon.
"Kami belum tahu. Tapi pengerahan ASN, perangkat negara di akhir kampanye itu perlu dilihat dengan cermat," ucap mantan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ini.
"Kalau kampanye, sumbernya harus dari calon, dan jangan dari APBD. Itu tolong nanti dicek. Mudah-mudahan tidak terjadi pelanggaran netralitas," pungkasnya. (Rep.Fine/ Red.Firda)
KOMENTAR