Masa libur kuliah menjadi momen paling dinanti para mahasiswa untuk pulang ke rumah. Berkumpul bersama keluarga dan menghabiskan hari bersama teman-teman. Hidup jauh dari hiruk pikuk kampus dan mencari kedamaian.
Lain cerita dengan nasib mahasiswa yang tidak pulang selama masa liburan. Terlebih jika kuliah di kampus yang memasang tanggal libur seperti tembok Cina, panjang tidak berujung. Sampai-sampai lupa kalau masih berstatus sebagai mahasiswa.
Ada banyak rutinitas berbeda ketika tidak pulang selama masa libur. Mulai dari bangun tidur dan keseharian yang tidak biasa. Rutinitas bangun pagi untuk datang ke perkuliahan, yang sedikit menyebalkan, sirna. Bebas bangun kapan pun. Pagi, siang, sore, malam, atau sampai paginya lagi, bebas. Yang penting tidak tidur selamanya, mengerikan bukan? Selepas bangun pun masih bisa santai, tidak ada teknis kampus yang mendikte.
Hal tidak biasa lainnya ialah ketika memasuki waktu makan. Jika biasanya semua warung makan berjajar rapi memanggil-manggil, kini mereka diam alias tutup. Boro-boro menyajikan makanan, nampak yang punya pun tidak. Sial memang, karena kebutuhan makan tidak bisa ikut diliburkan.
Aroma kebisuan pun sampai di warung kopi. Sepi, tak berpenghuni. Kepala-kepala yang bernafas pun bisa dihitung jari. Kepulan dialektika warung kopi meredam. Barangkali manusia-manusia yang biasanya bertahan sampai pagi sedang meringkuk di pojok kamar rumah masing-masing.
Lain warung kopi, lain pula suasana kampus. Sama sekali tidak terlihat wajah-wajah polos berbaju rapi, rambut klimis dan beransel besar. Sudah saatnya kampus berganti pengunjung. Ketika musim libur, jangan harap menemukan mahasiswa baru. Sudut-sudut kampus diisi oleh mahasiswa tua.
Semuanya berubah menjadi sepi. Menyesakkannya lagi ketika membayangkan teman-teman lain bahagia di rumah. Berkumpul dengan keluarga, menikmati masakan ibu, bepergian dengan teman lama, dan menghabiskan hari di depan televisi. Begitu kontras jika dibandingkan dengan hanya meringkuk sendiri di kamar kos.
Bahkan saking sepinya orang, bisa digunakan untuk meditasi. Tidak ada kesibukan mahasiswa dan segala macam hiruk pikuk kampus. Bahkan suara mahasiswa yang biasanya mengoarkan ideologi pun, lenyap ditelan hari libur. Yang tersisa, hanya daun jatuh dan kesenyapan kampus.
Yang Bisa Membahagiakanmu Meski Libur Tak Pulang
Selain nasib mengenaskan ketika libur tidak pulang, ada banyak sisi positif yang bisa dilakukan ketika hari libur. Seperti naik gunung. Bagi yang sudah biasa naik gunung, pasti paham betapa susahnya menyisihkan waktu ketika jadwal kuliah masih padat.
Selain naik gunung, bisa juga menikmati kota dan mengelilinginya. Mengunjungi tempat-tempat ikonik atau menemukan tempat baru. Meski bisa dilakukan kapan saja, menyempatkan waktu untuk keliling kota susah dilakukan ketika masuk masa perkuliahan. Boro-boro mau keliling kota, menikmati akhir pekan dengan santai pun jadi waktu yang mahal.
Saking banyaknya waktu luang, menghabiskan hari hanya untuk hal remeh temeh sangat mungkin terjadi. Bermain media sosial atau video call-an dengan teman di rumah. Meski bakal diejek karena tidak pulang, bercuap-cuap dengan teman selalu menjadi hiburan tersendiri.
Jika benar-benar tidak ada kegiatan selama liburan, bisa juga menggunakannya untuk nonton film sampai puas. Tidak perlu khawatir dihantui tugas kuliah yang menumpuk atau terganggu teman sebelah. Keadaan benar-benar mendukung untuk nonton film sampai liburan habis.
Kalau ingin menggunakan waktu liburannya lebih bermanfaat, bisa juga mengambil kerja part time. Sambil mengisi waktu luang, sekalian menambah penghasilan. Atau diam-diam mengerjakan tugas akhir. Ketika yang lain asyik memenuhi laman media sosial dengan foto liburan, memenuhi lembar demi lembar tiket kelulusan bisa jadi pilihan. [Ainun]
KOMENTAR