dok. ideapers.com |
Bukan perkara mudah untuk menjadi salah seorang yang beruntung mendapatkan bangku dari flash sale bulanan ini. Kamu harus punya ketahanan mental yang sangat kuat, paket data internet yang sangat cepat, serta naungan Dewi Fortuna yang tidak setiap hari datang.
Salah seorang kawan bahkan telah mencoba peruntungan flash sale TOEFL-IMKA sebanyak enam kali. Terhitung sejak bulan Oktober 2018 lalu. Padahal kawan saya itu selalu belajar dari kesalahan. Ia selalu menyusun strategi baru untuk menyongsong flash sale TOEFL-IMKA setiap tanggal 26. Mulai dari menunggu sistem dibuka sejak pukul 00:00, mencari posisi sinyal terbaik, bahkan salat hajat sekalipun.
Namun hasilnya nihil. Sudah satu semester kawan saya berjuang, namun kesempatan untuk duduk di kursi panas ujian TOEFL-IMKA tak urung terwujud. Nampaknya benar ungkapan dari Capres fiktif nomor urut 10 yang sempat viral beberapa waktu lalu. Ia pernah menuliskan bahwa kunci sukses sekarang ada tiga. Usaha, doa, dan orang dalam.
Ketimpangan Rasio
Sebenarnya bisa dipahami mengapa flash sale TOEFL-IMKA cepat ludes setiap dibuka tanggal 26 setiap bulannya. Sebab jumlah bangku yang disediakan oleh PPB tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa. Dalam periode ujian Maret 2019 saja, PPB hanya menyediakan 240 bangku ujian IMKA dan 180 bangku ujian TOEFL. Sementara mahasiswa yang memperebutkan 420 bangku tersebut mencapai angka ribuan. Terdiri dari tujuh angkatan.
Mahasiswa semester delapan ke atas dituntut segera lulus TOEFL-IMKA sebagai syarat pendaftaran munaqosah. Sementara mahasiswa semester delapan ke bawah termotivasi oleh wali dosen ketika perwalian agar bisa menyelesaikan studi secepat mungkin.
Di sinilah terjadi benturan kepentingan. Semua pihak sama-sama ingin mengakhiri urusan dengan TOEFL-IMKA. Melepaskan diri dari sistem pendaftaran online layaknya flash sale yang sangat menguji kesabaran mental.
Jika sudah seperti ini, lantas apa yang bisa dilakukan mahasiswa? Satu hal yang pasti, mengumbar keluh kesah melalui story media sosial. Apakah itu bisa menyelesaikan masalah? Secara psikologis, bisa jadi iya. Sebab mereka merasa lega telah melampiaskan kekesalan mereka di media sosial. Apalagi ada ribuan mahasiswa lain yang mengalami hal serupa.
Namun secara realistis, tentu membagikan keluh kesah di story media sosial tidak menyelasaikan masalah. Sebab tidak ada laporan secara riil mengenai keluh kesah mahasiswa selama pendaftaran TOEFL-IMKA.
Akan berbeda halnya jika mahasiswa datang langsung menemui pemangku kebijakan kampus. Membawa data valid, lengkap dengan analisis dan alternatif solusi yang bisa ditawarkan. Perlu diketahui bahwa mahasiswa tidak bisa sepenuhnya menyalahkan PPB. Sebab dalam konteks ini, PPB hanyalah pelaksana sistem.
Sebagai Badan Layanan Umum (BLU) penyumbang dana terbesar di UIN Walisongo, jumlah karyawan PPB pun tidak sebanding dengan banyaknya tanggung jawab yang harus mereka emban. Apalagi setelah diberlakukan sistem single salary. Membuat karyawan PPB enggan bekerja di luar kapasitas mereka. Siapapun pasti ogah ketika diberi seabrek tugas dengan gaji yang tidak seberapa. Karyawan PPB juga manusia biasa. Punya rasa lelah dan tanggung jawab kepada keluarga.
Sejak diberlakukan kepada mahasiswa angkatan 2012, TOEFL-IMKA rutin menuai polemik dan kontroversi. Selama belum ada gelombang mahasiswa yang melakukan protes, masalah TOEFL-IMKA akan terus berlanjut. Akibatnya, mahasiswa akan tetap mengantre flash sale TOEFL-IMKA setiap tanggal 26.
Ada dua pilihan untuk mengakhiri flash sale TOEFL-IMKA ini. Pertama, menambah jumlah karyawan PPB agar sebanding dengan jumlah pendaftar TOEFL-IMKA setiap bulannya. Kedua, meniadakan kebijakan TOEFL-IMKA. Sebab telah terbukti kebijakan itu menjadi batu sandungan terbesar dalam kelulusan mahasiswa.
Masih merasa menyandang status sebagai mahasiswa? Jika merasa tertindas oleh rumitnya flas sale TOEFL-IMKA, lakukanlah perlawanan berlandaskan data seperti yang diajarkan Pram. "Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan". Atau tetap berada di zona nyaman meratap di media sosial sambil berharap sistem akan berubah dengan sendirinya. [Nasokha]
TAGS #TOEFL-IMKA
KOMENTAR