Gambar: http://www.nu.or.id |
Ia menilai penerapan syarat tes baca al-Qur'an bagi capres dan cawapres merupakan suatu hal yang baik. Berawal dari membaca, imbuhnya, akan tergerak untuk memahami dan bahkan merapkan isi kandungan al-Qur'an dengan baik.
Jika membaca saja tidak pernah dilakukan, maka keinginan untuk menerapkan syariat akan sangat jauh dari harapan. Baginya, pemimpin yang baik harus mampu membaca kitab sucinya dan mau menerapkan isi kandungannya.
Menurut kelompok mereka, penerapan syariat Islam adalah sebuah keniscayaan. Dengan mengutip beberapa ayat, ia berani menjudge dan melabeli "kafir" terhadap orang-orang yang enggan menerapkan syariat Islam di negerinya. Ia beranggapan masyarakat Indonesia sudah keluar dari koridor keimanan. Hal itu dibuktikan dengan tidak diterapkannya sistem khilafah sebagai wadah tegaknya syariat Islam.
Melihat isi chat, saya yakin framing yang dibentuk dalam tulisan tersebut ingin menghidupkan kembali semangat organisasi terlarang: HTI. Di mana, mereka menilai sistem negara Indonesia adalah thogut karena dianggap tidak menjalankan sistem al-Qur'an.
Saya merasa heran dengan propaganda yang mereka dengungkan. Seringkali, mereka melihat persoalan secara parsial. Permasalahan selalu dikaitkan dan ditarik ke dalam pusaran agama. Misalnya, persyaratan baca al-Qur'an bagi Capres dan Cawapres.
Terkadang saya berpikir, apakah mereka tidak pernah menggunakan akal pikiran sebagai karunia Tuhan, sehingga mereka mampu melihat persoalan secara komprehensif.
Membiasakan Berpikir Sehat
Akal pikiran diberikan Tuhan kepada manusia agar manusia dapat berpikir secara sehat. Berpikir sehat berarti mampu menggunakan logika berpikirnya dengan benar
Berpikir sehat perlu kebiasaan dalam menyusun arguemntasi secara sistematik. Sebab, akal sehat bermula dari sebuah kontruksi pemikiran yang terbangun dari elemen kemanusian yang saling sinergis dan koordinatif.
Dengan berpikir logis, kita bisa melihat persoalan secara objektif dan selalu memunculkan sikap yang disertai pembuktian, konsepsi berpikir sesuai kenyataan atau menurut pola, alur dan kerangka berpikir yang sistematis.
Selain itu, orang yang berpikir logis akan menumbuhkan sikap kritis dalam menganalisa masalah. Ia tidak akan menerima begitu saja sebuah keputusan, tetapi selalu skeptis dan mempertanyakan segala hal.
Keinginan mengetahui kebenaran suatu masalah sangat besar. Sikap skeptisnya dilandasi pikiran-pikiran rasional, sehingga senantiasa menggunakan akalnya ketika memutuskan satu tindakan.
Kesalahan berpikir orang yang tiba-tiba mengirim chat kepada saya, terletak pada logika yang tidak seimbang. Dia mencampuradukkan persoalan keterampilan membaca dengan keahlian memimpin.
Seandainya tugas presiden adalah menjadi imam salat, maka wajib hukumnya fasih membaca al-Qur'an. Masalahnya presiden adalah kepala negara yang memiliki tugas mengatur jalannya pemerintahan dengan baik. Maka yang penting bagi seorang presiden adalah kecakapan, kecerdasan serta kepiawaian dalam memimpin. [is]
KOMENTAR