![]() |
Sumber: pixabay @muhammad hassan |
Akhir-akhir ini saya dikejutkan oleh berita bahwa data pengguna Facebook dijual. ketika mendengar berita itu, saya merasa khawatir, pasalnya banyak privasi berupa data, foto, bahkan status hubungan saya dengan seseorang diunggah di Facebook.
Hal serupa ternyata dirasakan oleh teman senior tempat saya belajar, Yunika namanya. Dia mengatakan bahwa dirinya juga merasa khawatir dengan data yang ia unggah di Facebook. terlebih setelah mendengar berita bahwa Facebook menjual data penggunannya.
Bahkan, hingga saat ini, Yunika enggan untuk mengunggah foto bahkan status di Facebook. Alasannya, tentu saja tentang keamanan privasinya. Ia tidak mau apabila hal tersebut dikonsumsi untuk umum, apalagi dijual.
Namun, saya heran dengan salah satu senior saya di kampus, Roisah, ia mengaku tidak khawatir dengan foto serta status yang ia unggah setiap harinya di Facebook. Ia mengatakan bahwa data yang ia unggah bukanlah data pribadi, sehingga semua orang yang ada di Facebook boleh mengkonsumsinya.
Saya teringat dengan kisah salah satu mantan Kontraktor Badan Keamanan Nasioanl (NSA) Amerika Serikat, Edward Snowden, ia mengungkap praktik pemerintah Amerika yang memata-matai warga negaranya.
Ia menganggap bahwa, masyarakat Amerika Serikat tidak boleh diawasi secara terus menerus, karena secara tidak langsung mereka telah melihat semua privasi warga negaranya. Padahal, setiap warga punya hak untuk menjaga privasinya masing-masing.
Puncaknya, ia memilih untuk menyebarkan kepada publik tentang kejahatan yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat. Ia ingin memberitahukan kepada warganya bahwa pemerintah terus memata-matai mereka bahkan melalui kamera laptop dalam keadaan off sekalipun.
Melihat hal itu, mungkin kita bisa merenung sejenak kenapa Snowden melakukan hal itu? Mengapa ia begitu peduli terhadap privasi masyarakat Amerika Serikat? Berhargakah sebuah privasi terhadap kehidupan manusia?
Privasi layaknya sebuah kamar tidur dalam rumah. Dimana, orang tidak bisa masuk sembarangan, atau bahkan tidur di sana tanpa ijin terlebih dahulu kepada pemiliknya. Analogi ini seharusnya dapat di terapkan dalam privasi di kehidupan sehari-hari. Di mana orang tidak bisa mencari atau bahkan mendapatkan privasi kita dengan mudah, entah melalui media sosial atau memintanya secara langsung. Mereka harus mendapatkan ijin terlebih dahulu kepada pemiliknya. Apabila tidak, hal itu bisa menjadi sebuah kejahatan besar.
Apa yang telah dilakukan oleh Facebook merupakan hal yang perlu diwaspadai oleh masyarakat umum, agar selalu berhati-hati dalam menjaga privasi, karena hal itu sangatlah penting dan berharga. Sebagai manusia yang punya privasi, Saya percaya bahwa hal tersebut tidak bisa ditukar dengan nilai rupiah. [Puji]
KOMENTAR